Lahendong – Kepala Desa Lungar, Kabupaten Manggarai, NTT, Eduardus Joman, tercengang melihat bagaimana sejahteranya masyarakat yang hidup di sekitar kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong 120 Mw, Kecamatan Tomohon, Sulawesi Utara.
Pasalnya, hal ini berbanding terbalik dengan isu-isu negatif yang selama ini ia dengar sepanjang rencana pengembangan proyek PLTP Ulumbu 5-6 Poco Leok di kampungnya.
“Saya melihat ini tidak ada pengaruhnya bagi lingkungan ketimbang yang diisukan di kampung saya di Manggarai,” ucap Eduardus Joman yang mengikuti sosialisasi ke PLTP Lahedong bersama rombongan warga Poco Leok, 11-12 Maret 2025.
Sejak PLTP Ulumbu memasuki rencana pengembangan, Eduardus Joman tak jarang terpapar informasi-informasi keliru perihal dampak geothermal, terutama terhadap sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat di tanah kelahirannya.
“Kalau saya lihat, Lahendong ini PLTP-nya luar biasa. Masyarakat atau petani sekitar sini tidak terpengaruh dengan aktivitas bor ataupun geothermal. Mereka tetap bertani, beternak, jagung subur, ubi subur, sapinya, babinya (sehat),” katanya.
Pengalaman serupa juga diakui oleh peserta sosialisasi lainnya, Hendrikus Epol, yang menyaksikan langsung dampak positif dari hadirnya PLTP di tengah-tengah masyarakat.
“Kekhawatiran kami selama ini adalah bagaimana dampak keberadaan pembangkit listrik panas bumi di Poco Leok,” ujar Hendrikus Epol.
Hendrikus, yang penuh rasa penasaran, turut berdialog langsung dengan para petani terkait kesuburan tanah sampai kualitas hasil panen di sekitar kawasan PLTP Lahendong.
“Kaget juga saya ketika petani itu bilang, selama ini sayur mereka baik-baik saja, kehadiran PLTP Lahendong sama sekali tidak mengganggu produktivitas pertanian dari warga setempat,” ungkap Hendrikus.
Salah seorang petani yang menjalankan aktivitas cocok tanam dekat kawasan PLTP Lahendong, Herald Kaat, juga menyebut lahan mereka begitu subur dan sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka panjang, mulai dari kol, sawi, labu, tomat, hingga kopi dan kakao.
“Kami di sini masih beraktivitas seperti biasa, hasil pertanian juga normal. Tanah kami memang diberkati Tuhan, dari tanah yang subur sampai potensi panas bumi yang kami nikmati saat ini,” ucap petani sayur organik itu.
Kekhawatiran peserta sosialisasi dari Poco Leok ini juga ditampik oleh pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMdes).
Mereka mengimbau masyarakat untuk tak perlu risau dengan kehadiran PLTP, sebab geothermal tak berdampak buruk, terutama bagi sektor pertanian.
“Tidak usah ragu untuk berkolaborasi karena itu menunjung sistem ekonomi di desa. Petani-petani di sini juga memanfaatkan lahan-lahan di sekitar geothermal dan selama ini tidak ada dampak negatif,” kata pengurus BUMDes. (*/gma)