Kupang – Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan NTT Agus Sistyo Widjajati dan Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie meluncurkan Program NTT YES saat Pawai Paskah, Senin (21/4/2024).
Turut hadir pada pelucuran tersebut, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Pendeta Samuel Benyamin Pendie, S.Th.
NTT YES atau Nusa Tenggara Timur Young Entrepreneur School merupakan wadah pembinaan, pelatihan, dan pendampingan bagi generasi muda NTT yang memiliki semangat berwirausaha selama tiga bulan.
Sedangkan, materi pembelajaran yang terintegrasi dan mentoring dari pengusaha Kadin Provinsi NTT yang berpengalaman, peserta akan dibekali pengetahuan praktis, keterampilan bisnis, serta akses ke jejaring dan peluang pembiayaan.
Sementara itu, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, NTT memerlukan wirausaha-wirausaha baru pada sektor hilirisasi hasil pertanian lokal. Bertempat di La Moringa Kupang, dilakukan kesepakatan sinergi antara PT Beta Moringa Indonesia selaku UMKM yang berfokus pada hilirisasi daun kelor dengan GS Organik selaku kelompok tani pembudidaya kelor di Kabupaten Kupang.
“Berkaitan dengan hilirisasi di NTT, sebagai contoh daun kelor, mayoritas kebutuhan NTT masih bersumber dari provinsi lain dikarenakan keterbatasan pasokan daun kelor di provinsi NTT. Hal tersebut menyebabkan harga perolehan daun kelor dari NTT masih jauh diatas harga acuan pasar, ,” kata Agus Sistyo Widjajati.
Menurutnya, tantangan ini harus dijadikan peluang mengingat daun kelor (moringa oleifera) sangat cocok dengan kondisi tanah dan iklim di NTT sehingga dapat tumbuh subur hampir di seluruh wilayah NTT.
Sejalan dengan semangat Ayo Bangun NTT, BI Provinsi NTT terus mendorong perluasan business matching antara kelompok tani dengan offtaker.
Pada kesempatan yang sama, PT Beta Moringa Indonesia bersama BI Provinsi NTT dan Kadin melakukan pelepasan ekspor unggulan untuk kelima kalinya yang dipimpin oleh Bapak Anindya Bakrie selaku Ketua Umum Kadin Indonesia.
Direktur PT Beta Moringa Indonesia, Andree Hartanto, menyatakan bahwa produk turunan daun kelor telah dikenal di pasar mancanegara seperti Timor Leste, Singapura, Australia, Qatar hingga Uni Emirate Arab (UAE).
Lebih lanjut, peningkatan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok membuka peluang terbukanya pasar baru mengingat harga bahan baku dari negara selain negara tersebut lebih kompetitif yang berimplikasi pada peningkatan permintaan produk turunan kelor dari Indonesia.
Ke depan, kelompok tani berhadap agar kerjasama serupa dapat direplikasi dan didorong untuk komoditas unggulan lain di NTT. (*/gma)