Categories: FICER

Tepung Penambah Gizi dari Pesantren Fatukoa

Kupang –  Ratusan santri berdiri berjejer di dekat gerbang Pesantren Hidayatullah, Desa Batakte, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu siang.

Seperti diberi komando, mereka serentak mengucapkan salam kepada Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Brigjen Achmad Yuliarto, begitu turun dari mobil, yang dibalas dengan kepalan tangan kanan sang jenderal. Kedatangan pemimpin tertinggi TNI di NTT itu membuat suasana pesantren yang biasanya tenang tiba-tiba menjadi riuh. Hari itu, Brigjen Achmad Yuliarto akan menerima satu mesin pengolah daun moringa dari ahli kelor (keloris)
Indonesia Dudi Krisnadi.

Perhelatan itu sengaja dilakukan di pesantren berjarak 15 km selatan Kota Kupang. Pasalnya, pesantren itu menjadi lokasi pengolahan daun moringa dalam beberapa bulan terakhir.

Salah satu bangunan di kompleks disulap menjadi ruang pengering daun moringa. Bahan baku daun segar dipasok dari kebun moringa Wirasakti di Kelurahan Fatukoa, Kota Kupang, milik Korem 161/Wirasakti.

Dudi Krisnadi mengatakan daun moringa itu sebagai asupan penambah gizi di negara-negara rawan pangan. Dahulu daun moringa yang sudah dikeringkan dikirim ke pabrik di Blora, Jawa Tengah, untuk diolah lebih lanjut menjadi tepung

“Sekarang para santri sudah bisa mengolah sendiri daun moringa menjadi tepung dengan mesin yang ada,” kata Achmad Yuliarto kepada wartawan seusai menerima mesin tersebut. Di dalam ruangan pengering terdapat 10 rak panjang yang masing-masing memuat 5 kilogram daun moringa dengan ketebalan 2 cm. Pengeringan daun menggunakan pemanas listrik bersuhu 34 derajat celsius selama tiga hari tanpa henti.

Lantaran suhu udara di Kupang saat ini berkisar 30 derajat celsius, suhu di dalam ruangan diturunkan. “Pemanasan daun kelor tidak boleh menggunakan sinar matahari supaya kandungan enzim dan nutrisinya tidak hilang. Juga tidak boleh menggunakan gas karena akan mencemari lingkungan,” ujarnya.

Setelah tiga hari, santri akan memisahkan daun dari tangkainya sebelum dikumpulkan ke dalam wadah dan dibawa ke mesin pengolahan untuk diolah menjadi tepung. Tepung moringa mampu bertahan selama selama bertahun-tahun tanpa diberi pengawet.

Adapun pengemasannya dilakukan di PT Moringa Indonesia Blora, Jawa Tengah, pusat riset moringa. Tepung dikemas dalam bentuk kapsul, serbuk, teh hijau, makanan ringan, sampo, dan bedak. Ahli kelor Dudi Krisnadi menyarankan anak-anak usia 1-3 tahun yang kurang gizi mengonsumsi tiga sendok makan atau 25 gram setiap hari produk tersebut. Untuk ibu hamil dan menyusui dianjurkan sampai enam sendok. (mi/gma)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Seorang Siswa SMA 1 Rote Barat Laut Tewas Gantung Diri

Kupang - Seorang siswa SMA Negeri 1 Rote Barat Laut berinisial ROPL,18 tahun ditemukan tewas…

14 hours ago

PLN Mendapat Apresiasi atas Respons Cepat Pulihkan Kelistrikan di Layanan Publik Bali

Bali - Direktur Utama PT PLN (Persero) mengunjungi langsung sejumlah fasilitas publik untuk memastikan operasional…

14 hours ago

PLN UIW NTT Terlibat Dalam Revitalisasi Sekolah dan Digitalisasi Pendidikan di SBD

Kupang - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur siap mendukung program…

1 day ago

Transisi Energi Flores, Ahli Geothermal: Lebih Murah dan Bermanfaat

Mataram - Ahli geothermal Institut Teknologi Bandung (ITB), Ali Ashat, menyebut potensi geothermal di Flores…

1 day ago

Seleksi Calon Komisaris dan Direksi Bank NTT Tutup 7 Mei, 13 Orang Sudah Mendaftar

Kupang - Seleksi calon komisaris dan direksi Bank NTT sudah dimulai sejak beberapa hari lalu,…

1 day ago

Enam Imigran Asal China dan 5 WNI Ditangkap di Rote

Kupang - Polres Rote Ndao mengamankan enam imigran asal China termasuk seorang perempuan, dan 5…

2 days ago