LEMBATA–LINTASNTT.COM: Sudah satu bulan, bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ‘menghilang’ di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Kelangkaan BBM tersebut membuat aktivitas masyarakat di daerah itu terganggu.
Kondisi ini mengakibatkan banyak kendaraan jarang melintas di jalan raya. Banyak warga memilih meninggalkan kendaraan mereka di rumah dan berjalan kaki ke tempat kerja. Harga bensin eceran misalnya mencapai Rp40.000 per liter hingga Rp50.000 per liter.
“Saya mendapat laporan dari para pegawai negeri sipil di wilayah Wulandoni bahwa mereka harus berjalan kaki karena tidak ada bensin untuk mengisi kendaraan mereka,’ kata Sekretaris Aliansi Kebenaran dan Keadilan Antikekerasan (Aldiras) Elias Kayluli Making kepada wartawan, Senin (19/8).
Pada Senin pagi, puluhan aktivis Aldiras menggelar unjuk rasa di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata guna menuntut pemerintah daerah setempat segera mengatasi kelangkaan BBM tersebut. Hal ini untuk mengatasi dampak kelangkaan BBM tersebut bertambah parah.
Aksi unjuk rasa itu digelar mulai dari dari Terminal Barat Kota Lewoleba hingga berakhir di Kantor DPRD Lembata. Menurut Dia, kelangkaan BBM sudah merusak aktivitas produksi warga. Mereka juga minta pemerintah bertindak cepat guna menghindari tindakan anarkis yang kemungkinan dilakukan warga yang kesulitan memperoleh bahan bakar. “Kami khawatir, Masyarakat bisa saja berbuat anarkis karena tekanan situasi saat ini,” ujar demonstran lainnya, Bala Wukak.
Sementara itu Ketua DPRD Lembata Yohanes de Rosaei hanya menyampaikan keprihatinannya terkait antrean panjang warga untuk membeli bahan bakar di Agen Premium Minyak Solar (AMPS) Lamahora selama satu pekan terakhir. Panjang antrean kendaraan di AMPS itu mencapai tiga kilometer. (ALT)