Kupang – Bupati Kupang Korinus Masneno yang juga pemegang saham terbesar kedua Bank NTT menegaskan pengelolaan bank tidak sama seperti mengelola perusahaan swasta. “Perbankan itu tidak dikelola dengan asal-asalan karena dia punya sistem dan sistemnya itu terukur,” kata Korinus Masneno di Kantor Bupati Kupang di Oelamasi, Jumat (6/10/2023).
Masneno menegaskan itu lantaran banyaknya berita bohong (hoax) yang berseliweran di jagat maya terhadap Bank NTT. Padahal keuangan bank itu tersistem dan diawasi ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagai pemegang saham terbesar setelah Pemprov NTT, Masneno melihat sistem keuangan Bank NTT sudah baik. Untuk itu, ia jarang mengeluarkan pernyataan kepada media. “Kalaupun ada permasalahan, itu bagian dari risiko usaha, risiko bisnis, tetapi yang penting semua bisa terjadwalkan dengan baik,” jelasnya.
Apalagi saat pandemi covid-19, UMKM yang melakukan transaksi dengan Bank NTT ikut terdampak, yang kemudian terjadi penjadwalan ulang sehingga berpengaruh kepada perolehan laba.
Saat melakukan penjadwalan ulang tersebut, tidak mungkin laba yang diperoleh terus naik. “Kalau orang tidak bayar, pasti laba berkurang,”ujarnya.
Selain itu, dalam rangka pengamanan bank, diperlukan adanya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang besarnya mencapai 55% dari laba.
Kebijakan itu pun sudah dibicarkan bersama para pemegang saham melalui RUPS. “Untuk pencadangan itu dibicarakan dengan pemegang saham, urusan selesai. “Kami ini taunya dari awal, dari akar, jadi saya kira tidak ada masalah,” tandasnya.
Sebelumnya kondisi itu sudah dijabarkan dalam laporan keuangan Bank NTT, namun ia menyayangkan masih ada orang tertentu yang tidak cermat membaca laporan keuangan. “Orang yang tidak bisa membaca neraca keuangan itu, tidak terbiasa berbisnis,” sebutnya.
Masneno menyebutkan bisnis itu bukan sesuatu yang instan, tetapi berjalan dengan terencana, dan turut dipengaruhi situasi dunia, tetapi informasi yang berkembang di masyarakat lanjutnya,
juga baik dalam rangka memacu Bank NTT untuk lebih efektif bekerja.
“Saya selalu berpikir positif bahwa semuanya telah terurai dengan tersistem, dan kalau dalam rencana yang tersusun dengan realita ada devisiasi akibat dari perubahan kebijakan di pertengahan jalan, perlu disesuaikan,’ jelasnya. (*/gma)