Sinode Tidak Lepas Tangan Terkait Kekurangan Guru Sekolah GMIT

  • Whatsapp

Kupang – Pihak Sinode GMIT tidak lepas tangan (lepas tanggungjawab) terhadap persoalan-persoalan yang digumuli sejumlah sekolah Kristen yang berada dibawah naungan yayasan usaha pendidikan Kristen (Yupenkris).

Persoalan ketersediaan guru kini menjadi salah satu persoalan yang dihadapi sebagian besar sekolah Kristen di wilayah Timor-NTT.

“Sinode tidak lepas tangan soal pergumulan yang dihadapi sekolah GMIT,”kata Pendeta (Pdt) Norman Nenohai,S.Th, Ketua Badan Pembantu Pelayanan (BPP) Pendidikan Sinode GMIT, diakhir wawancara lintasntt.com, Jumat (19/7/2024).

Pdt. Norman Nenohai diwawancarai terkait persoalan yang terjadi di SD GMIT Nunuhkniti, kecamatan Fautmolo kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),NTT yang mana memasuki tahun ajaran baru ini, Ramai-ramai siswa di sekolah tersebut pindah sekolah karena kekosongan guru.

Dari 86 siswa yang ada 83 siswanya pindah ke SD Negeri Oeleon yang letaknya sekitar 7 kilometer dari SD Gmit Nunukhniti.

Disampaikan Pdt.Nenohai, persoalan kekurangan guru bukan hanya di SD GMIT Numuhkniti namun juga ada beberapa sekolah GMIT lainnya di wilayah Molo -kabipaten TTS dan wilayah lainnya di NTT.

Persoalan tersebut kata Pdt Norman kini menjadi pergumulan tersendiri pihak Sinode GMIT untuk diatasi.

Sejumlah perguruan tinggi di daerah seperti UKAW Kupang, universitas Tribuana Kalabahi – Alor dan Institut Pendidikan Tinggi di SoE- Timor Tengah Selatan tengah dibangun koordinasi terkait penempatan tenaga pengajar di sekolah-sekolah GMIT kekurangan guru.

Selain itu dalam mengatasi persoalan guru di sekolah sekolah Kristen di NTT tersebut pihak Sinode juga melakukan kerjasama dengan Universitas Kristen Indonesia dan UKAW Salatiga – Jawa tengah dengan mengirim sejumlah orang tiap untuk kuliah pendidikan dengan beasiswa dari Sinode GMIT.

Lulusan pendidik yang dibiayai Sinode tersebut diharuskan mengabdi di sekolah GMIT dalam kurun waktu tertentu. Upaya tersebut kata pendeta Norman sudah dimulai tiga tahun lalu dan pada tahun ini ada 17 orang yang dikirim ke UKI dengan pembiayaan beasiswa 100 persen dan 50 persen.

“Kami juga sekarang kerjasama dengan UKI di Jakarta, GMIT kirim 17 oranh untuk kuliah di FKIP UKI, dengan skema pembiayaan 100 dan 50 persen beasiswa. Dengan harapan tiap tiga atau empat tahun kedepan, lulusannya kita tempatkan di sekolah GMIT yang kekurangan guru. Selain itu kita juga buat kerjasama dengan UKAW Salatiga dengan konsep yang sama, jadi itu target jangka panjang kami dalam upaya atasi persoalan kekurangan guru sekolah GMIT,” katanya.

Menyangkut persoalan di SD GMIT Nunuhkniti kata Pdt.Norman, beberapa hari lalu, pihaknya sudah ke kabupaten TTS dan bertemu dengan pihak orang tua, guru, komite, dinas pendidikan dan Penjabat Bupati TTS.

“Pemda TTS sudah siap untuk proses penempatan guru PNS di SD GMIT Nunuhkniti, pihak institut pendidikan. Tinggi di SoE juga kita sudah koordinasi dan siap tempatkan guru namun persoalannya orang tua siswa belum mau karena anak mereka sudah terlanjur dipindahkan ke SD negeri Oeleon. Dan dalam beberapa hari ini kita akan kembali kesana untuk ketemu lagi dengan pihak orang tua, sekolah, dinas dan pemerintah disana agar bagaimana aktifitas sekolah itu jalan lagi,” katanya.

Pdt. Norman juga menginformasikan kalau pada Jumat (19/7) ada agenda pertemuan pihak Sinode GMIT dengan komisi IV DPRD TTS untuk membahas persoalan kekurangan guru di sejumlah sekolah GMIT di kabupaten TTS.b(Jmb)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Buktikan bahwa kita tidak tinggal diam. Semangat untuk Sinode GMIT dalam membangun SDM unggul lewat pendidikan.