Safari Prabowo ke Tiga Negara Dinilai Sebagai Cermin Politik Bebas Aktif

  • Whatsapp
Prabowo Subianto/Foto: AP dari CNN

Bandung – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menggelar safari ke Amerika Serikat, Austria dan Prancis. Kunjungan Prabowo dinilai merupakan bentuk politik bebas aktif Indonesia di samping adanya upaya penguatan industri pertahanan dalam negeri serta rencana pembelian pesawat tempur.

“Apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo dengan melakukan safari ini sebenarnya bagian dari politik luar negeri Indonesia juga yang bebas aktif dan tidak memihak manapun. Selain itu bagus juga sebagai bagian untuk meningkatkan confidence building measure atau meningkatkan hubungan dan kepercayaan,” kata Pengamat Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Vrameswari Omega Wati, Sabtu (24/10).

Read More

Menurut dia, kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat, Austria dan Prancis merupakan hal yang baik dari sisi diplomasi pertahanan.

Termasuk didalamnya Prabowo membahas kesepakatan atau kerja sama di bidang pertahanan. “Diplomasi pertahanan juga tidak akan terlepas dari perkembangan industri pertahanan karena sifatnya saling mendukung,” urainya.

Sementara itu, Peneliti Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai satu dari tiga kunjungan Prabowo itu berkaitan erat dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur. Oleh sebab itu, Prabowo menyempatkan untuk mengunjungi Austria, negara produsen Eurofighter Typhoon.

“Terutama menyangkut kunjungan ke Austria, isu utamanya jelas soal proposal pembelian Eurofighter yang diajukan Prabowo Juli lalu,” kata Khairul.

Menurut dia, tiga negara yang dikunjungi Prabowo masing-masing memiliki produk pesawat tempur yakni Amerika Serikat dengan pesawat siluman F-35, Prancis lewat Rafale dan Austria melalui Eurofighter Typhoon. Ketiganya cocok digunakan di negara yang memiliki teritorial seperti Indonesia.

“Tapi jika dikaitkan dengan efisiensi dan benefit transaksi, problem logistik, perawatan/pemeliharaan maupun efektivitas operasional, menurut saya eurofighter Austria punya paling banyak catatan dan permasalahan,” ungkapnya.

Ia mengatakan Indonesia sangat akrab dengan produk pertahanan udara asal Negeri Paman Sam ketimbang Austria maupun Prancis. Tapi Prabowo lebih mengetahui negara mana yang akan menjadi rekan dalam pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) ini.

“Masalahnya, semua itu kan sifatnya baru penjajakan. Di sisi lain, kontrak pembelian Su-35 justru terkatung-katung, lanjut atau tidak,” ujarnya. Fahmi menekankan pembelian alutsista mesti mendasarkan pada semangat awal mengenai kekuatan sistem dan industri pertahanan nasional.

“Kita masih perlu kajian mendalam terkait benefit transaksi dan lainnya. Karena bagi Indonesia sendiri yang belakangan getol mengkampanyekan soal pengembangan industri dalam negeri dan kemandirian alutsista, setiap pembelian impor tentu harus membawa dampak positif,” pungkasnya. sumber mediaindonesia.com

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *