Semau–Kepala Desa Uitiutuan, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Semuel Lasi bersama warga mengeluhkan rusaknya rumput laut yang dibudidayakan petani setempat kepada senator Ibrahim Medah, Kamis (12//1).
Keluhan itu disampaikan ketika Ibrahim mengunjungi lokasi budidaya rumput laut di pulau yang terletak sekitar lima mil di bagian barat Kupang tersebut.
Mereka juga mengeluh anjloknya harga rumput laut yang mengakibatkan petani menderita kerugian. “Rumput laut yang kami budidayakan mulai rusak dan harga rumput laut juga turun terlalu jauh,” ujarnya.
Rumput laut yang rusak tersebut kebanyakan jenis Eucheuma cottonii, dibanding jenis Euchema spinosum.
Kepada warga, Ibrahim mengatakan sesuai penelitian, rumput laut jenis cottonii dan spinosum tidak bisa ditanam bersamaan. Jika ditanam bersamaan, jenis cottonii akan rusak atau pertumbuhannya menjadi lambat.
“Kalau dua-duanya ditanam bersamaan, jenis spinosum akan lebih subur karena jenis ini sifatnya lebih rakus sehingga lebih banyak menyerap nutrisi di laut, dibanding dengan cottonii. Akibatnya cottonni tidak bisa bertahan hidup dan akhirnya mati,” katanya.
Karena itu, Medah yang dikenal sebagai pelopor pengembangan rumput laut di NTT itu mengingatkan para petani untuk memisahkan lokasi budidaya antara dua jenis rumput laut tersebut. “Harus dipisahkan antara kedua jenis ini dan cara pisahkannya yang jauh,” jelasnya.
Mantan Bupati Kupang dua periode ini juga mendesak para Kepala Desa dan Camat untuk terlibat aktif membantu petani dengan menentukan lokasi pengembangan dua jenis rumput laut ini.
Datangkan Benih
Pada kesempatan tersebut, Medah bersedia mendatangkan bibit baru jenis cottonii untuk dibagikan kepada para petani.
“Saya akan datangkan bibit baru yang khusus untuk dibagikan kepada petani di Pulau Semau. Dan karena harus diangkut dengan pesawat dan tiap kali penerbangan tidak bisa mengangkut dalam jumlah yang besar. Tapi ingat, bibit yang baru itu tidak boleh ditanam gabung dengan jenis spinosum,” ujarnya.
Terkait harga rumput laut yang anjlok saat ini, Medah mengatakan, harga rumput laut di pasaran dunia sedang anjlok sehingga ia menyarankan rumput laut yang sudah dipanen, segera dijual. Anjloknya harga rumput laut bukan permainan pedagang pengumpul.
“Jangan tunggu sampai mahal, berapapun harganya dijual saja. Kalau uang kurang tambah talinya di laut sehingga menambah hasil panen,” ujarnya. Warga setempat mengaku senang dengan pemimpin seperti Ibrahim Medah, kendati berkantor di Jakarta, setiap reses, ia rutin mengunjungi warga sampai desa-desa terpencil.
Di sana, ia mendengar keluhan warga kemudian memberikan solusi. Ibrahim juga memberikan bantuan lewat koordinasi bersama kementerian terkait. Setelah bantuan disalurkan, Ibrahim masih mengawal bantuan tersebut hingga diterima warga. Sebelum ke Semau, Medah mengunjungi desa-desa di Sumba, Flores, dan korban gempa di Alor. (laurens leba tukan/dari Semau)
Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo kembali dinobatkan sebagai CEO of The…
Kupang - Kuimasi merupakan salah satu dari 9 desa di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa…
Jakarta - Telkomsel melalui inisiatif CSR filantropi “Telkomsel Sambungkan Senyuman” yang berfokus pada kepedulian dengan…
Kupang - Dalam rangka memastikan kesiapan pasokan listrik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025…
Kupang - DPRD Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut telah mengingkari janji soal agenda…
Ruteng – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) melaksanakan kegiatan Penyampaian…