Realisasi Kebutuhan Uang Tunai Natal dan Tahun Baru di NTT Capai Rp1,86 Triliun

  • Whatsapp
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Stefanus Donny H Heatubun (kanan) bersama Deputi Kepala KPw Bank Indonesia NTT, Daniel Prasetyo/Foto: lintasntt.com

Kupang – Realisasi kebutuhan uang tunai di masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) selama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 mencapai Rp1,86 triliun.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi NTT Donny H Heatubun mengatakan realisasi kebutuhan uang tunai tersebut, 87,45% dari Rp2.129 triliun yang dianggarkan. “Data kebutuhan uang tunai tersebut merupakan outflow uang kartal dari Bank Indonesia yang ditarik oleh perbankan di NTT untuk memenuhi permintaan nasabah dan mencukupi tingkat keterisian ATM selama masa libur Natal dan Tahun Baru,” katanya di Kupang, Selasa (17/1).

Read More

Berdasarkan wilayahnya, penarikan uang yang dilakukan di Kota Kupang mencapai Rp814 miliar atau 43,71% dari keseluruhan jumlah outflow di NTT.

Selanjutnya, penarikan di kas titipan BI yang berada di Pulau Flores mencapai Rp342 miliar (pangsa 18,4%), Pulau Sumba sebesar Rp292 miliar (pangsa 15,7%), area Alor dan Lembata sebesar Rp134 miliar (pangsa 7,2%), dan di perbatasan Atambua, Kabupaten Belu sebesar Rp127 miliar.

Untuk memastikan kebutuhan uang tunai di masyarakat dapat terpenuhi dengan kuantitas yang mencukupi dan kualitas yang baik, beberapa hal telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT  berkoordinasi dengan perbankan di NTT yakni penyediaan uang tunai yang memadai sebesar Rp3,85 triliun sepanjang masa akhir tahun 2022.

Selain itu, memperbanyak titik penukaran uang tunai melalui kas keliling maupun kas perbankan sebanyak 101 lokasi, bertambah 8% dibandingkan tahun sebelumnya., melakukan penukaran uang pecahan kecil dengan menggunakan mobil kas keliling Bank Indonesia, memastikan kehandalan ATM baik secara kemampuan layanan maupun jaringan.

Selanjutnya, terus mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara non tunai, antara lain QRIS, uang elektronik, BI-FAST, dan digital banking, yang dapat meminimalisir kontak fisik dalam bertransaksi.

Meski begitu, jika dibandingkan dengan realisasi pada Desember 2021 yang mencapai outflow sebesar Rp2,34 triliun, terlihat adanya penurunan outflow pada Desember tahun 2022 sebesar 21,1%.

Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tingkat konsumsi rumah tangga yang melemah. Kondisi ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di NTT hasil Survei Konsumen yang dilakukan BI NTT pada Desember 2022 hanya sebesar 129,5, lebih rendah daripada IKK Desember 2021 yang dapat mencapai 140,0.

Melemahnya IKK tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi ekonomi mendatang yang lebih pesimis untuk 2023 sehingga masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan memperbesar dana untuk berjaga-jaga. Kedua, inflasi yang tinggi. Inflasi pada akhir tahun 2022 mencapai 6,65% (yoy), sementara pada akhir tahun 2021 hanya sebesar 1,67% (yoy).

Kondisi ini menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi pula jumlah uang tunai yang dibutuhkan. Ketiga, anggaran fiskal yang menurun pada tahun 2022.

Total anggaran belanja pemerintah di NTT (APBN dan APBD) pada 2022 disediakan sebesar Rp49,15 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan total anggaran tahun sebelumnya yang sebesar Rp51,38 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 4,34% (yoy). “Selanjutnya kami tetap menghimbau masyarakat untuk dapat melakukan untuk berperilaku belanja bijak sesuai kebutuhan, berhemat, dan merawat Rupiah guna mendorong kesadaran masyarakat untuk semakin Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBP Rupiah),” ujar Donny H Heatubun. (*)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *