Kupang—Sekitar 200 warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur menggelar unjuk rasa di Kantor PT PLN Kupang, Selasa (17/11).
Mereka menuntut PLN menghentikan pemadaman listrik bergilir dan menjamin pemenuhan listrik bagi masyarakat. Unjuk rasa itu dipicu pemadaman listrik bergilir sejak Jumat pekan lalu akibat kerusakan gardu induk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kelurahan Maulafa.
Pengunjuk rasa umumnya berusia di atas 50 tahun membawa poster yang isinya mengecam PLN. Mereka juga menuntut PLN menghentikan pemasangan sambungan listrik kepada pelanggan besar, menghentikan pemaksaan terhadap pelanggan untuk melakukan migrasi meteran pasca bayar ke prabayar, serta menolak program listrik prabayar di Nusa Tenggara Timur.
Aktivis dan Mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sarah Lery Mboek yang membacakan pernyataan sikap warga menyebutkan PLN gagal memenuhi hak-hak pelanggan selama bertahu-tahun. “Terjadi pergantian meteran meteran secara sepihak dari pra bayar ke pasca bayar tanpa diketahui pelanggan, melalui modus pemblokiran rekening,” ujarnya.
Unjuk rasa berlangsung sekitar satu jam, namun mereka tidak berhasil bertemu pimpinan PLN. Warga menuntut pimpinan PLN keluar ruangan untuk berdialog di halaman, namun tidak dipenuhi.
Sebelum pulang, mereka sempat menyerahkan tiga karangan bunga yang diletakan di halaman PLN. “Karangan bunga ini sebagai tanda kedukaan terhadap PLN,” kata Pimpinan Pengunjuk Rasa,” Abdul Muhammad Bajaher.
Seorang pengunjuk rasa bernama Yahya Lambert menjadi pusat perhatian karena membawa spanduk yang isinya minta satpam PLN mengembalikan kemara miliknya yang dirampas satu hari sebelumnya.
Pada Senin (16/11), Lambert datang ke kantor PLN untuk menanyakan tentang larangan satu keluarga memiliki dua meteran listrik prabayar. Ketika itu Lambert yang membawa kamera, sempat merekam pembicaraan bersama petugas PLN.”Saya rekam untuk jadi bukti,” ujarnya.
Kamera yang digunakan untuk merekam pembicaraan tersebut kemudan dirampas oleh seorang pegawai PLN. Hingga warga kembali ke rumah masing-masing, kamera milik Lambert tidak dikembalikan. “Saya laporkan perampasan kamera ke polisi,” ujarnya.
Warga juga janji akan menggelar unjuk rasa lanjutan pada Rabu (18/1). Mereka jugas mengancam akan menduduki kantor PLN.
Kepala PLN Cabang Kupang Maria Goreti Gunawan mengatakan pemadaman listrik sejak Jumat pekan lalu terjadi di luar kemampuan PLN. Pasalnya Gardu Induk PLTU tiba-tiba mati yang memaksa PLN mematikan dua pembangkit PLTU sehingga Kota Kupang mengalami kekurangan listrik sampai 20 Megawatt (Mw).
Akan tetapi satu dari dua pembangkit tersebut sudah kembali beroperasi sejak Minggu (15/11) dan satu pembangkit lagi dijadwalkan kembali beroperasi pada Selasa malam. (gma/rr/MI)