Soe–Plan Internasional Indonesia Program Area Timor, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), dan Rumah Solusi Beta Indonesia meluncurkan turnamen Sepakbola Anak Perempuan (girls football) di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kamis (22/6/2017).
Turnamen dibuka dengan pertandingan persahabatan antara tim sepakbola perempuan dari SMP Kristen Soe, Timor Tengah Selatan melawan tim sepakbola perempuan SMP Negeri 2 Biboki Selatan, Timor Tengah Utara yang berakhir dengan skor 1-0. Selain itu digelar pula tendangan pinalti berhadiah telepon yang diserahkan oleh Ketua Departemen Sport Intelligent PSSI Fary Djemy Francis.
Hadir pada acara turnamen tersebut mantan pemain timnas sepakbola di era 1980an Mutia Dathau, Papat Yunisal, Zulkarnaen Lubis, dan Berti Tutuarima. Selain itu hadir pula Bupati TTS Paul Mella dan Wakil Bupati TTU Aloysius Kobes.
Turnamen ini merupakan kelanjutan dari upaya inovatif Plan International Indonesia dalam mengkampanyekan pencegahan kekerasan pada anak termasuk yang berbasis gender melalui sepakbola.
Menrut Fary, kegiatan tersebut merupakan komitmen dari Plan dan PSSI untuk menghasilkan pemain sepakbola perempuan berprestasi dari NTT. “Saat ini PSSI menggalakan sepakbola perempuan terutama usia dini,” ujarnya kepada wartawan.
Selain itu, Plan dan PSSI juga berkomitmen menjadikan sepakbola sebagai pintu masuk kesetaraan gender. Melalui sepakbola, masyarakat diberi pemahaman mengenai berbagai hal seperti toleransi dan perdamaian. Dia mencontohkan, pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela membangun perdamaian melalui sepakbola.
Fary yang juga pendiri Sekolah Sepakbola Bintang Timur di Kabupaten Belu mengatakan para pemain tidak hanya belajar bermain bola, tetapi juga dibekali dengan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, persahabatan dan rendah hati.
Program Area Manager Plan Internasional Indonesia Program Area Timor Imelda Adoe mengatakan tingginya kekerasan pada anak, termasuk kekerasan berbasis gender dan perilaku berisiko masih kerap terjadi di Indonesia.
Sesuai data Kajian yang dibuat The International Center for Research on Women (ICRC) dan Plan International pada 2015, tindak kekerasan di sekolah terjadi pada 84% pelajar berusia 12-15 tahun dilaporkan mengalami kekerasan termasuk kekerasan pelecehan seksual oleh pelajar dan guru-guru.
Menurut Imelda, proyek Girls Football ini akan menyasar langsung pada 500 anak perempuan dari 20 SMP. Nantinya di tiap SMP akan ada satu tim sepak bola anak perempuan. Tim ini akan dilibatkan dalam kompetisi sepak bola anak perempuan di tingkat kabupaten dan propinsi.
Turnamen serupa pernah digelar Plan International Indonesia di Jakarta, pada kurun waktu 2011-2013. Namun saat itu peserta pertandingan adalah pelajar perempuan tingkat SMA dan SMK. Selama tiga tahun berturut-turut, pertandingan melibatkan 15 SMA dan SMK Negeri di Jakarta.
Menurut Imelda proyek ini akan berlangsung selama 28 bulan, anak-anak perempuan akan mendapatkan pelatihan teknis sepak bola oleh pelatih dari Asosiasi Sepak Bola tingkat kabupaten dan kota dan PSSI.
Selain itu mereka mendapat keterampilan kepemimpinan dan hubungan interpersonal, teknik kampanye dan advokasi untuk kesetaraan gender dan pencegahan perilaku berisiko seperti bullying, penggunaan narkoba, penggunaan internet yang negatif, berpacaran tidak sehat, merokok dan dampak seks pra-nikah. (gma/mi)