Petani Sayur Anggota Coop TLM Indonesia Mengeluh Kekurangan Air

  • Whatsapp
Foto: Joel Mesakh

Kupang – Sebanyak 100 perempuan pelaku usaha mikro, anggota Koperasi Tanaoba Lais Manekat (Coop TLM) Indonesia berdialog bersama Gubernur NTT Viktor Laiskodat di Kupang, Sabtu (31/10/2020).

Dialog tersebut masih merupakan rangkaian dari Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke-9 Tahun Buku 2019 Coop TLM Indonesia yang berlangsung dengan sistem tertulis online akibat pandemi covid-19.

Read More

RAT dilaksanakan di 17 kabupaten dan kota sejak 5-16 Oktober 2020, sehingga pada RAT 31 Oktober 2020 tersebut hanya mengesahkan Hasil Rapat Anggota Tertulis Online. Namun, basis pelayanan Coop TLM di 35 kantor cabang yang tersebar di 22 kabupaten dan kota di NTT dengan sasaran utama yaitu perempuan pengusaha mikro melalui Program Persekutuan Usaha Bersama (SaSaMa).

Selain itu enam kantor cabang di empat provinsi, juga dengan sasaran yang sama yakni Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat

Adapun dialog bersama gubernur mulai pukul 10.00-12.00 Wita, sebelum kegiatan RAT yang dimulai pukul 13.30 Wita. Pada kesempatan tersebut, salah satu anggota SeSaMa TLM yang juga petani sayur, Matelda Boymau mengeluhkan kekurangan air.

Kondisi itu terjadi karena kemarau panjang yang berdampak terhadap menurunnya debit sumber-sumber air. Matelda mewakili petani lainnya, mengatakan kekurangan air tidak hanya terjadi pada musim kemarau tahun ini, tetapi juga pada kemarau tahun-tahun sebelumnya.

Dari anggota Coop TLM sebanyak 176.000 orang, 36% di antaranya petani hasil bumi, terdiri dari dan 10% petani sayur, 30% kios dan warung makan, dan 12% penenun.

Sedangkan Gubernur Laiskodat mina petani tetap fokus dengan usahanya masing-masing. ‘Pengusaha jangan membuang waktu semenitpun untuk fokus pada hal-hal yang remeh seperti gosip, tetapi fokus pada tujuan,” pesannya.

Gubernur juga memotivasi mereka untuk memiliki karakter yang jujur serta cakap dan memiliki keberanian dalam mengelola usaha masing-masing.

Dia mencontohkan saat ini rasio kredit bermasalah atau NPL Coop TLM sebesar 0,6% atau jauh dari batas maksimal 5%. Kondisi itu menandakan bahwa TLM merupakan lembaga yang dipercaya masyarakat. ” Hari ini yang dibangun TLM adalah kepercayaan pemerintah, bahwa ada komunitas yang membangun karakter dengan baik, perlu diintervensi,” tandasnya. (*/ard)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *