Kemarin Panas Disertai Angin Kencang, Hai Ini Mendung. Ada Apa Dengan Cuaca di Kota Kupang?
Oleh: Ni Putu Nonik Prianti, S.ST
Prakirawan BMKG Kupang
PERBEDAAN musim yang terjadi di Indonesia disebabkan karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari. Revolusi bumi merupakan penyebab dari gerak semu tahunan matahari Indonesia yang terletak di wilayah Equator secara umum mengalami dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada 23 Maret, posisi matahari berada tepat di atas khatulistiwa (0°), kemudian matahari seolah-olah bergeser ke arah utara hingga 1 Juni, matahari berada agak condong di utara.
Pergerakan semu matahari terus terjadi seiring dengan berjalannya waktu, matahari kembali bergeser ke selatan, hingga 23 September, matahari kembali tepat berada di atas khatulistiwa, kemudian matahari kembali bergeser ke arah selatan hingga 22 Desember dan kembali bergeser ke utara sehingga pada 23 Maret matahari akan kembali berada tepat di atas khatulistiwa.
Kondisi ini berjalan terus menerus sepanjang waktu. Ini juga yang menjawab pertanyaan masyarakat mengapa suhu yang terjadi beberapa hari yang lalu mencapai 39°C, tentu saja ini erat kaitannya dengan fenomena equinox, di mana pada 23 September posisi matahari tepat berada di atas Khatulistiwa, akibatnya suhu udara terasa panas
Peristiwa pergerakan semu tahunan matahari kemudian akan berpengaruh terhadap kondisi suhu dan tekanan udara di sekitar wilayah Indonesia.
Saat matahari banyak berada di bumi bagian selatan (antara pertengahan bulan September-Maret), maka di daerah selatan (Benua Australia) akan mengalami pemanasan yang maksimal. Hal ini menyebabkan daerah tersebut akan memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Kondisi ini menyebabkan angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi (Benua Asia) ke daerah bertekanan rendah (Benua Australia).
Gerakan udara ini menimbulkan angin yang disebut angin monsun Barat. Angin monsun Barat bergerak dari daratan Asia sekitar Oktober-April.
Dalam perjalanannya, angin ini melalui wilayah perairan yang cukup luas (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik), sehingga memiliki kandungan uap air yang cukup besar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Sebaliknya, saat matahari berada di wilayah utara (kawasan Benua Asia) akan mengalami pemanasan maksimal. Hal ini menyebabkan daerah tersebut memiliki tekanan udara minimum. Kondisi ini menyebabkan angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ( Benua Australia) ke daerah bertekanan rendah (Benua Asia).
Gerakan udara ini menimbulkan angin monsun atau musim yang disebut angin monsun Timur (Tenggara), bertiup antara April-Oktober. Perjalanan angin ini hanya melalui perairan yang relatif sempit, sehingga angin monsun Timur (Tenggara) hanya memiliki sedikit kandungan uap air. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dari sini dapat terjawab mengapa pada bulan Juli, Agustus hingga September di wilayah Nusa Tenggara Timur berhembus angin kencang hingga mencapai 34 knot, tentu saja dikarenakan adanya perbedaan tekanan yaitu tekanan tinggi yang terjadi di wilayah benua Australia dan tekanan rendah yang terjadi wilayah Indonesia yang menyebabkan angin akan bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan yang lebih rendah.
Saat ini posisi Matahari telah bergerak dari Equator menuju Belahan Bumi Selatan, sehingga terjadinya pelemahan kecepatan angin dari Benua Australia. Hujan dan mendung beberapa hari ini yang terjadi di beberapa wilayah NTT belum mengindikasikan kita telah masuk musim penghujan, namun Suhu Muka Laut (SST) yang tinggi (kisaran 29ºC–30ºC) yang berarti ada potensi penambahan massa uap air di Laut Timor, Laut Flores dan Laut Sawu yang tentu saja juga didukung dari pelemahan kecepatan angin di atas wilayah NTT. Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah NTT.
Banyak pertanyaan yang datang ke kami, apakah dengan hujan dan mendung di beberapa wilayah NTT mengindikasikan kita telah masuk musim hujan?
Jawabannya tentu saja belum. Selama ini pemahaman masyarakat mengenai musim kemarau sedikit keliru. Banyak masyarakat beranggapan bahwa musim kemarau berarti sama sekali tidak ada hujan yang turun ke permukaan bumi. Padahal kenyataannya, pada musim kemarau pun turun hujan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam menentukan musim hujan dan musim kemarau menggunakan kriteria banyaknya curah hujan setiap dasarian (sepuluh hari). Dimana dalam sebulan dibagi menjadi tiga dasarian, yaitu dasarian I dari tanggal 1-10 bulan tersebut, dasarian II tanggal 11-20, dan dasarian III tanggal 21 sampai dengan akhir bulan.
Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Awal musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata- rata tahun 1981-2010)
Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata tahun 1981-2010).
Rata-rata awal musim kemarau dan rata- rata awal musim hujan merupakan kondisi klimatologis yang diperoleh dari rata-rata selama 30 tahun, sedangkan untuk kondisi tahun per tahun yang biasanya terjadi pergeseran musim seperti kondisi awal musim bisa maju, mundur, atau sama terhadap kondisi klimatologis tersebut.
Berdasarkan wilayah Zona Musim (ZOM) dalam menentukan awal musim hujan tahun 2017/2018 di daerah kota kupang diprakirakan dimulai pada November dasarian III hingga Desember dasarian II.
Informasi cuaca dari BMKG bermanfaat banyak hal bagi masyarakat, antara lain dalam sektor pertanian, penerbangan, perairan dan tentu saja untuk meminimalkan dampak dari bencana yang akan terjadi. Dengan mengacu pada data curah hujan serta prakiraan musim hujan serta musim kemarau dari BMKG Kupang, masyarakat dapat melakukan berbagai persiapan menjelang musim kemarau serta musim hujan. Seperti pada musim kemarau waspada kekeringan dan kebakaran lahan serta waspada terhadap bencana angin puting beliung pada penghujung musim hujan. *
Labuan Bajo - Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata dan permintaan energi listrik yang terus meningkat…
Jakarta - Gubernur NTT Terpilih, Melki Laka Lena, terus membangun sinergi untuk membangun NTT. Yang…
Lembata - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) menyalurkan bantuan program…
Denpasar - Jurnalis Kompas.com wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Sigiranus Marutho Bere, meraih juara satu…
Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo kembali dinobatkan sebagai CEO of The…
Kupang - Kuimasi merupakan salah satu dari 9 desa di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa…