Kupang – International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membahas rencana pengelolaan dua daerah aliran sungai (DAS) terbesar di Pulau Timor, Rabu (12/3).
Dua DAS tersebut ialah Benain seluas 327.515 hektare yang terbagi dalam 11 sub DAS. Wilayahnya meliputi empat kabupaten yakni Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Malaka.
Kemudian DAS Noelmina seluas 189.610 hektare meliputi Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan. Sebagian besar dua daerah aliran sungai ini memiliki iklim kering setiap tahun, dan lahan berstatus kritis sehingga rawan terhadap musibah banjir dan longsor.
Direktur Ikraf Indonesia, Andre Ekadinata mengatatakan Ikraf bekerjasama dengan Global Affairs Canada memulai proyek Sustainable Landscapes for Climate Resilient Livelihoods (Land4Lives) di tiga provinsi yakni Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai ancaman dan bahaya perubahan iklim.
“Proyek ini untuk membantu pemerintah daerah dalam mempersiapkan kapasitas, data, informasi serta kemampuan teknis untuk bisa menghadapi perubahan iklim,” kata
Andre Ekadinata saat menyampaikan sambutan.
Andre mencontohkan bencana banjir yang terjadi di Bekasi dan Jakarta dampak dari kerusakan lingkungan di daerah hulu, sehingga untuk memperbaiki kondisi tersebut membutuhkan biaya besar.
Salah satunya yang dilakukan adalah memperlebar daerah aliran sungai, membuat pompa-pompa untuk mengalirkan air ke daerah lain.
“Seluruhnya adalah upaya adaptasi yang butuh biaya dan memang harus dilakukan karena lingkungannya sudah terlanjur terdegradasi,” ujarnya.
Untuk dua daerah aliran sungai di Pulau Timor ini, lanjutnya, masih baik karena masyarakat mampu menjaga berbagai fungsi lingkungan. Karena itu, menjaga fungsi lingkungan dan ekosistem daerah aliran sungai yang sehat merupakan cara terbaik untuk memastikan daerah ini betul-betul mampu menghadapi ancaman di masa mendatang.
“Sosialisasikan pada hari ini bisa memberikan gambaran bagaimana langkah-langkah ke depan untuk bisa mempertahankan fungsi lingkungan yang baik kemudian juga mempertahankan fungsi dari daerah aliran sungai kita,” ujarnya.
Sejumlah pembicara dalam kegiatan ini yakni Ketua Forum DAS NTT LM Riwu Kaho, Kepala BP Daerah Aliran Sungai Benain-Noelmina, Klodolfus Tuames, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) NTT Alfonsus Theodorus, dan Ecological Modeling Scientist Icraf Indonesia, Ni’mataul Khasanah.
Kegiatan tersebut juga diisi dengan penyerahan dokumen rencana pengelolaan DAS Benain dan DAS Noelmina dari Ikraf kepada Badan Pengelola DAS dan pemerintah NTT.
Kepala Infrastruktur dan Kewilayahan Bapperida NTT, Yohanes Paut mengatakan, pengelolaan daerah aliran sungai harus terintegrasi dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah
Karena itu, lanjutnya, dokumen yang diterima tersebut bakal dimasukan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Pemprov NTT. “Termasuk akan diselaraskan dengan RPMJ kabupaten dan kota, sehingga kita bekerja simultan dan secara bersama-sama, karena ini terkait dengan daya dukung lingkungan terhadap masyarakat,” kata Yohanes Pau. (*/gma)