Kefamenanu – Kabar baik datang dari Noebaun, desa binaan Bank NTT di Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
Hasil panen di desa ini selalu melimpah, membuat warga memiliki cadangan pangan yang cukup di rumah masing-masing. Bayangkan, hasil panen semangka pada Oktober 2022 mencapai Rp30 juta, belum termasuk komoditas lainnya seperti sayuran, cabai, labu, patola, tomat dan tanaman pangan lainnya.
Desa Noebaun berpenduduk 401 keluarga yang hampir seluruhnya berprofesi sebagai petani, memiliki tanah yang subur yang membuat hasil bumi melimpah. Desa ini juga membentuk kelompok tani yang menjadi wadah bagi petani setempat.
“Kelompok ini yang selalu kami jadikan sebagai teladan bagi masyarakat lain. Kami memotivasi mereka bahwa, hanya dengan kerja keras, serta kerja cerdaslah kita akan berhasil,” kata Pj Kades Nebaun, Apriana Ninu saat pertemuan bersama Juri Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD Tahun 2022, Stenly Boymau, Sabtu (19/11/2022).
Stenly datang bersama Direktorat Kredit Kantor Pusat Bank NTT Echni Marisa Killa dan Ronald Lede, serta Berty Nope dan tim dari Cabang Kefamenanu.
Mereka datang ke Noebaun untuk mengkonformasi kembali kesiapan mereka dalam mengikuti kompetisi paling spektakuler yang dihadirkan oleh Bank NTT tersebut. Mereka diterima secara adat natoni dan pengalungan selendang oleh tokoh masyarakat setempat.
Seusai prosesi, dilanjutkan pertemuan yang berlangsung di Lopo Dia@ BISA yang difasilitasi oleh Bank NTT, terletak di dekat tempat wisata Oeluan.
Selain Apriana Ninu, hadir pada kegiatan penyambutan dan Ketua Kelompok Pelita Hati Oeluan, Yosef Juan Heli, Charles selaku staf pada Dinas Pertanian TTU, para tokoh adat, tokoh masyarakat dan anggota kelompok.
Dalam pertemuan tersebut, Apriana Ninu mengatakan, selalu memotivasi warga untuk tidak menjadi buruh di daerah lain atau luar negera, tetapi bersama-sama mengolah semua potensi yang ada di desa dengan bantuan Bank NTT. “Saya motivasi warga untuk jangan lagi kerja jadi buruh di luar, kan disini ada Bank NTT yang siap membiayai kita,” ujarnya.
Apriana mengatakan, Bank NTT ini tidak sama dengan bank lain. “Ini yang kami rasakan, petugasnya ramah dan mereka memberi solusi, seperti pendampingan waktu tanam, membantu dalam kemasan hingga penjualan. Mereka datangkan pembeli,” ujarnya serius.
Dia merasa senang, karena ibu-ibu sudah terlibat dengan beraneka kerajinan baik tenunan, gerabah, maupun tanaman holtikultura. Diakui, masyarakat butuh panutan dan mereka sudah melihat keberhasilan warga, dan inilah motivasi terbaik bagi mereka untuk memulai.
Sementara itu, Stenly Boymau yang tahun ini adalah tahun kedua dilibatkan menjadi juri dengan sejumlah profesor itu, memberi apresiasi atas kerja keras dan cerdas dari kelompok usaha ini.
Karena mereka berani memulai sesuatu hal yang baru, yakni menanam dengan hitungan pasar yang cerdas. Apalagi, mereka menanam tanaman yang agak unik, sehingga berdampak pada nilai jual. “Semuanya menggunakan pupuk organik, dan ini sesuatu yang baik. Masyarakat sudah harus bisa memproteksi diri terhadap sayuran dengan pupuk kimia karena sangat tidak aman. Nah, di sini Pak Juan dan kelompok tani ini memulai sebuah pola yang baru,” tegas Stenly.
Dia mendorong warga setempat untuk jangan berhenti berkreasi, karena lahan mereka masih luas dan Noebaun dikenal sebagai sebuah wilayah yang subur.
“Kelompok tani ini hendaknya menjadi embrio untuk lahirnya kelompok yang lain. Jangan takut untuk memulai, karena Bank NTT siap menjadi mitra, kita punya fasilitas kredit yang murah, tanpa agunan dan tanpa bunga. Tidak hanya disitu, Bank NTT akan terus mendampingi pada packaging hingga penjualan. Jangan ragu, kita ada banyak iven dan selalu melibatkan UMKM sebagai mitra, sehingga kami bisa pastikan bahwa seluruh hasil pertanian atau produknya akan laku karena difasilitasi dengan pembeli,” ujar Konsultan Humas Bank NTT ini. (*)