Categories: Humaniora

NTT Kerja Maksimal Turunkan Stunting dan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Waingapu- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang bekerja maksimal dengan menjalani kerjasama dengan multipihak untuk bersama-sama menurunkan prevalensi stunting yang masih tinggi di daerah itu yakni 22% pada Februari 2022. NTT menargetkan pada 2023, prevalensi stunting sudah turun menjadi 10%.

Begitu pula angka kematian ibu (AKI) dan angka kematin bayi (AKB). Pada 2021, terdapat 181 kasus kematian ibu dan 955 kasus kematian bayi, sedangkan per Juni 2022 terdapat 63 kematian ibu dan 426 kematian bayi dari 37.480 ibu bersalin, dan jumlah Ibu Hamil 40.783 orang.

Ketua Pokja Percepatan Penurunan Stunting AKI dan AKB, Sarah Lerry Mboek mengatakan roadmap dan rencana aksi daerah disusun atas kerjasama pemerintah provinsi melalui pokja dan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program USAID Momentum dan beberapa mitra pembangunan seperti Bank Pembangunan Daerah NTT.

“Roadmap dan rencana aksi ini menekankan kerjasama multisektor dan multipihak secara intensif,” kata Sarah Lerry Mboik di sela-sela Rapat Kerja Penurunan Stunting di Waingapu, Sumba Timur, Senin (4/7).

Roadmap dan Rencana Aksi Daerah ini merupakan panduan bagi Pemerintah kabupatn dan kota serta provinsi dalam merancang kegiatan strategis serta anggaran yang diperlukan dalam upaya penurunan prevalensi stunting serta kematian ibu dan bayi baru lahir pada 2023, agar sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTT 2018-2023.

Adapun hasil fasilitasi RKPD Tahun 2023, kabupaten dan kota sepakat memasang target penurunan stunting rata-rata 10%, kecuali Manggarai Timur dan Ngada yang memasang target di bawah 10% yakni 7,5% di Manggari Timur dan 9,78% di Ngada. Bahkan, Kabupaten Sikka memasang target 0%.

Adapun dari 22 kabupaten dan kota di NTT, masih dua kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di atas 30% yakni Sumba Barat Daya dan Timor Tengah Utara. Selanjutnya, 10 kabupaten dan kota dengan prosentase stunting 20-23% yaitu Timor Tengah Selatan, Rote Ndao, Kota Kupang, Sabu Raijua, Kabupaten Kupang, Sumba Barat, Lembata, Sumba Timur, Flores Timur dan Manggarai.

Sedangkan 10 kabupaten dengan prosentase stunting kurang dari 20% yaitu Malaka, Sikka, Manggarai Barat, Belu, Alor, Ende, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo dan Sumba Tengah.

Sementara itu, saat menyampaikan sambutan pada rapat kerja tersebut, Gubernur Laiskodat menekankan stunting, kematian ibu dan kematian bayi merupakan masalah kemanusiaan. “Ini masalah kemanusiaan, kita perlu perlu cinta yang tulus untuk mengatasinya,” ujarnya. (mi/gma)

Komentar ANDA?

Canra Liza

View Comments

Recent Posts

Debat Soal Tata Kelola SDA, Dua Cawagub Dukung Pandangan Johni Asadoma

Kupang - Calon wakil gubernur NTT dari pasangan nomor Urut 2, Johni Asadoma diapresiasi saat…

4 hours ago

Terjawab, Program Air di NTT Ternyata Inisiatif Pemerintah Pusat, Dikerjakan TNI

Kupang - Masalah air bersih di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menjadi perhatian utama. Menurut…

10 hours ago

SPK Bilang Dana Transfer Daerah Perlu Dikurangi, Dikasih Paham oleh Johni Asadoma

Kupang - Calon Wakil Gubernur NTT dari Pasln Nomor Urut 2 Johni Asadoma tenang menanggapi…

11 hours ago

Debat Perdana, Melki-Johni Pastikan TPP ASN Disalurkan Tepat Waktu

Kupang - Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur NTT Melkiades Laka Lena - Johni Asadoma…

17 hours ago

Kelompok Tani Poco Leok Panen Berulang, Setda Manggarai Apresiasi Program TJSL PLN

Manggarai - Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur…

1 day ago

Kata Pengamat Soal Kedekatan Melki-Johni dengan Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putih

Kupang - Semua calon Gubernur NTT bisa punya akses ke pusat kekuasaan. Tetapi yang sedang…

1 day ago