Categories: Bisnis

Nilai Ekspor Kopi Bajawa Capai Rp10,5 Miliar

Kupang–Bagi pecinta kopi, Arabika Flores Bajawa (AFB) termasuk salah satu kopi terbaik di dunia karena memiliki cita rasa yang khas.

Hal tersebut yang membuat ekspor kopi ke negara-ngara Eropa dan Amerika Serikat tetap stabil. Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat nilai ekspor kopi AFB pada 2015 mencapai Rp8,2 miliar dan meningkat menjadi Rp10,5 miliar pada 2016.

Akan tetapi selama 2017, nilai ekspor tiba-tiba anjlok hingga Rp570,7 juta. Kondisi ini tidak terlepas dari rendahnya produksi kopi sebagai dampak dari perubahan iklim. Angin kencang dan la nina yang terjadi pada fase pembungaan membuat bunga kopi berguguran. Rendahnya produksi kopi berdampak terhadap menurunnya nilai ekspor.

Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanes Tay mengatakan produktivitas normal tanaman kopi Arabika Flores Bajawa di Kabupaten Ngada mencapai 2-3 ton per hektare (ha) berasal dari lahan seluas 5.891 ha.

Sejak muncul La Nina, produktivitas kopi berkurang menjadi 0,8 ton per ha mengakibatkan pendapatan petani menurun.

“Faktor lain yang berdampak terhadap penurunan produksi seperti petani belum menerapkan pedoman bercocok tanam kopi yang baik serta penggunaan lahan tanam yang tidak unggul,” kata Yohanes Tay, Kamis (8/2).

Menurutnya perkebunan kopi di Bajawa perkebunan kopi rakyat yang diusahakan turun temurun, sampai saat ini berjumlah 9.063 petani. “Kami perkirakan produksi kopi akan kembali normal di 2018,” tambahnya.

Sementara itu, untuk perluasan areal tanam dan intensifikasi tanaman kopi arabika di Kecamatan Golewa dan Bajawa, pemerintah pusat pernah meluncurkan program peremajaan, rehabilitasi dan perluasan tanaman ekspor (PRPTE) selama kurun waktu 1978-1983.

Program berikutnya berasal dari Pemprov NTT bersama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dan terakhir apda 2015 pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10,3 miliar untuk kegiatan intensifikasi kopi arabika di lima kabupaten yakni Ngada seluas 850 ha, Manggarai 100 ha, Manggarai Barat 150 ha, Manggarai Timur 750 ha, dan Ende 100 ha.

“Bantuan sarana produksi seperti pupuk organik, gunting pangkas dan agen pengendali hayati (attractant) diberikan kepada petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman,” katanya.

Pemerintah juga menggelar pelatihan bagi petani kopi untuk meningkatkan kemampuan mereka mengelola kelompok tani masing-masing secara mandiri dan profesional. (sumber:mi/palce amalo)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Gubernur NTT Dorong Apoteker Kembangkan Obat Herbal Tradisional

Kupang - Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menerima kunjungan Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)…

1 hour ago

Wagub NTT Pimpin Rapat Bahas Kondisi PT Semen Kupang, Perusahaan Tidak Baik-baik Saja

Kupang - Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Timur (NTT) Johni Asadoma memimpin rapat terbatas dengan…

2 hours ago

Lapas Kelas IIA Kupang Produksi Batako Gunakan FABA PLTU Bolok dan Panaf

Kupang - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) NTT melalui PLN Unit Pelaksana Pembangkitan…

7 hours ago

Melki-Johni Luncurkan “Meja Rakyat” dan Sekretariat Ayo Bangun NTT, Respon Pengaduan secara Cepat

Kupang - Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena bersama Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma (Melki-Johni)…

9 hours ago

PLN – Pindad Sinergi Kembangkan Pembangkit Listrik Bersih Untuk Wilayah 3T

Bandung - PT PLN (Persero) bersama dengan PT Pindad menandatangani memorandum of understanding (MoU) dalam…

12 hours ago

Fary Francis Dilantik jadi Deputi BP Batam

Kupang - Komisaris Utama PT Asabri Fary Francis menempati jabatan baru sebagai deputi bidang pengusahaan…

13 hours ago