Kupang – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur (NTT) Agus Sistyo Widjajati menyebutkan selama 2024, NTT mengalami defisit sebesar Rp51 triliun.
Defisit neraca perdagangan tersebut dipicu tingginya ketergantungan terhadap barang dari luar daerah seperti dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
“NTT sekarang mengalami defisit perdagangan, tercatat nilai eskpor keluar NTT Rp7,93 trilun, sedangkan kita membeli produk-produk dari luar NTT Rp59 triliun berarti kita defisit Rp51 triliun,” katanya saat Hal-Bihalal BI NTT dan Perbankan, Rabu (9/4/2025).
Dengan kondisi tersebut, menurut Agus Sistyo Widjajati, ada dua pilihan yang ditempuh NTT, yakni apakah terus menjadi pasar bagi provinsi lain atau bergerak membangun NTT sesuai slogan ‘Ayo Bangun NTT‘ yang dicetuskan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.
Menurutnya, NTT tidak boleh nyaman dengan kondisi saat ini, tetapi tetap bersinergi membuat produk sendiri untuk memenuhi kebutuhan di daerah. Sebanyak 30 persen sektor usaha di NTT ditopang dari pertanian, namun sektor ini belum digarap secara maksimal. Selain itu, usaha pertanian masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
NTT juga memiliki potensi wisata yang tidak kalah dengan daerah lain, tetapi belum dikembangkan secara maksimal untuk menarik wisatawan. Kondisi ini yang membuat banyak warga NTT memilih berwisata ke luar daerah. “Bagaimana mau kembangkan kaluar kita sendiri ke luar NTT,” ujarnya.
Agus juga menyingung soal peluang investasi di NTT yang terbuka lebar seperti di sektor periwisata, pertanian dan peternakan.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan pemerintah telah memiliki program untuk memangkas defisit perdagangan yang sangat lebar. Beberapa program seperti mendorong masyarakat dan kantor-kantor pemerintah hingga BUMN dan perbankan mengunakan air mineral produksi NTT.
Saat ini, lanjutnya, di ruangan gubernur dan wakil gubernur tidak lagi tersedia air mineral dari luar daerah, sudah diganti dengan air mineral produksi NTT. “Ini bagian dari kita coba mengurangi agar neraca perdagangan kita menipis,” sebutnya
Sesuai perhitungan, anggaran yang dihabiskan masyarakat NTT mengonsumsi air mineral selama setahun antara Rp2 triliun sampai Rp3 triliun. Dari jumlah itu, permintaan air mineral NTT sekitar Rp50 miliar.
“Kalau boleh dibantu agar yang sudah ada di NTT bisa kita substitusikan untuk memberikan penghormatan kepada produk NTT dengan baik,” ujarnya. (*/mi/gma)