Vihara Pubbaratana yang terletak di Kelurahan Belo, Kota Kupang boleh dibilang merupakan salah satu tempat ibadah bagi umat Buddha pertama di Kota Kupang, bahkan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Maklum, rumah ibadah ini hadir seiring berkembang dan tumbuhnya umat Buddha di provinsi yang terkenal dengan sebutan Nusa Terindah Toleransi ini.
Kupang – Berdirinya gedung Ibadah tiga lantai yang terletak di Kelurahan Belo ini tidak saja menjadi sejarah bagi seluruh umat Buddha di Kota Kupang, namun juga sejarah lengkapnya kehidupan agama dan aliran kepercayaan yang diakui negara di Bumi Nusantara.
Lebih dari 200 umat Buddha beribadah di Viahara ini. Dari informasi yang diperoleh, kegiatan ibadah utama dilaksanakan setiap hari Minggu dan dibuka setiap hari bagi umat yang ingin berdoa secara pribadi.
Di balik kemegahan Viahara Pubbaratana yang dibangun tahun 2017, dan diresmikan pada 2021 lalu itu, ada seorang sosok penting yang dipercaya ikut merawat Viahara tersebut.
Dia adalah Musa Laspian, seorang pemuda Kristen Protestan yang kini dipercaya untuk mengurus kebersihan rumah ibadah itu. Meski berkeyakinan Nasrani, Musa menunaikan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
Hal ini terlihat ketika Musa ditemui di Vihara itu pada Sabtu, 29 April 2023. Saat ditemui, sosok kelahiran di Malaysia pada 10 Oktober 2003 silam itu tengah membersihkan ruang utama Vihara.
Meski itu bukan rumah ibadahnya, Musa tetap merawat dan membersihkannya dengan penuh tanggung jawab. Tentu apa yang dilakukan Musa tak sekadar untuk menerima jasa atau imbalan bulannya, melainkan ia berusaha menjaga Vihara itu dengan baik.
Tugas yang dijalankan Musa tidaklah mudah, sebab ia bertugas menjaga, membersihkan, hingga merawat segala sesuatu yang ada didalam maupun diluar gedung Vihara.
“Setelah saya tamat sekolah di SoE (Kabupaten Timor Tengah Selatan), saya ikut dengan orang jadi buruh kasar. Awal mula saya ke sini itu tahun 2022, waktu itu saya diajak teman kerja untuk pasang paving di halaman Vihara. Setelah selesai kerja, Pak Indra (Pengurus Vihara) minta saya untuk jaga rumah ibadah ini, dan sampai hari ini saya ada di sini,” kata Musa.
Musa menyadari bahwa tugas yang ia kerjakan itu tak sekadar untuk menerima upah, namun di balik itu Musa telah memperlihatkan arti keberagaman dengan tugas yang ia kerjakan. Di tengah gempuran juga ancaman intoleransi, Musa mampu membuktikan bahwa dia yang seorang Nasrani bisa dipercaya mengurus rumah ibadah umat Buddha.
“Saya bekerja di sini karena dipercaya, kepercayaan itu yang saya jaga. Dan ini juga rumah ibadah, saya rawat dengan baik, saya jaga kebersihannya sehingga umat bisa beribadah dengan baik,” ujarnya.
“Mungkin saya bukanlah satu-satunya orang Kristen yang bekerja di tempat ibadah agama lain, namun dari semua bentuk perhatian dan kepedulian mereka di sini terhadap saya, saya sadar kalau itu adalah kasih yang Tuhan kasih kepada saya lewat mereka,” beber Musa.
Musa juga menyadari bahwa hasil dari kerja yang ia lakukan secara rutin itu tak mencukupi segala kebutuhannya. Karena itu, Musa juga melakukan pekerjaan sampingan sebagai pencetak batu batako.
“Setiap pagi saya mulai bersih-bersih di Viahara, setelah itu siang sampai sore saya bantu cetak batu batako di gang sebelah. Malam saya kembali untuk bersih-bersih Viahara lagi dan jaga. Selain hari Minggu, kalau ada umat yang mau berdoa, biasanya sebelum datang mereka telepon supaya saya bersihkan tempat ibadahnya dulu,” kata Musa.
Mengenai pendidikan yang sudah digeluti, Musa mengaku terakhir bersekolah di SMA Negeri 1 Kupang Barat tahun 2017. Karena jauh dari orang tua dan keluarga, Musa tidak menamatkan pendidikannya di bangku SMA.
“Saya keluar dari Malaysia umur 5 tahun, dan waktu kembali ke sini (NTT, Red) itu saya lanjut sekolah di kampung (SoE) sampai tamat SMP. Setelah itu, saya ke Kupang untuk kerja dan pertama kali ke Kupang tinggal di Kupang Barat,” katanya.
Musa mengatakan, ia sejak kecil hidup terpisah dengan kedua orang tuanya yang memilih menetap di Malaysia. Karena itu, ia terpaksa berjuang dengan masa depan hidupnya.
“Saya cuma mau usaha agar bisa hidup lebih baik pada waktu yang akan datang. Saya yakin, kalau kita kerja keras disertai doa yang tulus, semua harapan yang baik akan Tuhan lancarkan. Karena itu, setiap hari Minggu saya bangun lebih pagi untuk bersihkan Vihara, setelah itu saya siap ikut kebaktian di gereja,” pungkas Musa. (Theresa Tapung)
Editor: Marthen