Categories: Humaniora

Mengenang Joyce Lin, Pilot Misionaris yang Jatuh di Danau Sentani

Papua – Sekitar akhir 2018, Paul Manumpil bersama koleganya harus mendatangi dari rumah ke rumah di Kabupaten Yakuhimo, Papua, untuk memberikan pengobatan. Tahun itu merupakan tahun kelima baginya, sekaligus menjadi pertama kali pertemuannya dengan Joyce Lin.

Saat itu, Joyce Lin masih menjadi co-pilot untuk pesawat kecil yang akan mengantar dokter Paul Manumpil bersama para perawat ke pedalaman pegunungan di Kabupaten Yakuhimo, Papua.

“Pernah sekali saat itu pada 2018 akhir. Waktu itu belum pilot, masih co-pilot. Masih baru bergabung dengan MAF (Mission Aviation Fellowship). Itu bertugas di semua wilayah di pegunungan tengah. Ada sekitar 20-an kabupaten. Memang umumnya dilayani oleh MAF,” kenang Paul yang saat itu bekerja untuk UNICEF, ketika dihubungi melalui sambungan telepon pada Rabu (13/5).

MAF adalah lembaga penginjilan internasional di bidang penerbangan yang bermarkas di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Joyce dibesarkan di Colorado dan Maryland. Pada usia delapan tahun, Ia mulai tertarik pada segala sesuatu yang berkaitan dengan komputer, terutama tentang pemrograman komputer.

Dilansir dari maf.org, Joyce Lin selain sebagai seorang pilot juga spesialis teknologi informasi atau IT (information technology).

Ia membantu mengubah kehidupan orang-orang di wilayah yang terisolasi dan terpencil dengan menyediakan penerbangan evakuasi medis untuk menyelamatkan jiwa.

Selain itu, layanan penerbangan MAF untuk dukungan kebutuhan pengembangan masyarakat, dan mengangkut misionaris, guru, serta pekerja bantuan kemanusiaan ke lokasi yang tidak dapat diakses. Sebagai seorang spesialis IT, Joyce mengatur dan memelihara jaringan komputer untuk memungkinkan para misionaris dan pekerja kemanusiaan untuk menghubungi pendukung mereka dalam mengakses sumber daya di internet.

Dokter Paul Manumpil mengenang Joyce sebagai sosok yang tidak banyak bicara saat itu dan masih baru bertugas di MAF. Namun, ia melihat Joyce sebagai sosok perempuan tangguh. Sebab, selama lima tahun mengabdi di Papua, Paul bahkan belum pernah menjumpai pilot atau co-pilot perempuan yang mengoperasikan pesawat kecil dan menembus medan-medan ekstrem.

Ketika itu, Paul bersama tim paramedis mencarter pesawat yang dibawa seorang pilot senior dan co-pilot Joyce. Mereka mendatangi sekitar dua atau tiga kampung. Paul juga menyebut, kerja-kerja yang ditekuni Joyce juga ialah sebagai bagian dari menebar kasih.

“Saya melihat mereka itu ya compassion, bekerja dengan hati. Saya pernah dengar gaji mereka tidak banyak. Waktu itu sempat mengobrol dengan petugas ground-nya. tentu bila dibandingkan bekerja di Amerika, ya tidak ada apa-apanya.”

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Joyce Lin merupakan merupakan lulusan S1-S2 dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.

Dengan gelar sarjana sains dan magister teknik, ia terpanggil untuk melayani melalui MAF dan ditempatkan di Papua. Ia besar di Colorado dan Maryland. Sertifikat pilot pribadinya diperoleh ketika ia berada di kuliah.
Setelah lulus, Joyce bekerja selama lebih dari satu dekade sebagai spesialis komputer, berpuncak pada posisinya sebagai direktur teknis di perusahaan komersial.

Selama waktu itu, Joyce merasa terpanggil untuk menghadiri seminari Kristen penuh waktu dan mendaftar di Seminari Teologi Gordon-Conwell dan akhirnya lulus dengan gelar Master of Divinity.

Sementara di seminari, Joyce menemukan misi penerbangan dan terkejut lantaran menemukan sebenarnya ada pekerjaan yang menggabungkan minatnya dalam komputer, penerbangan, dan pelayanan Kristen. Saat itu pun, ia kemudian terpanggil untuk menjadi seorang misionaris. Ia kemudian bekerja sebagai instruktur penerbangan untuk memenuhi persyaratan pilot MAF. “Ia sangat bersemangat untuk berbagi kasih Yesus Kristus dengan membantu mengubah keputusasaan mendalam orang lain dan berkabung menjadi tarian dan kegembiraan,” seperti ditulis MAF.

Joyce Lin wafat pada Selasa (12/5/2020) dalam kecelakaan pesawat di Danau Sentani. (sumber: MI/seputarpapua.com, maf.org)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Cari Siput di Teluk Lewoleba, Ayah dan Anak Perempuannya Tewas Tenggelam

Kupang - Seorang ayah bersama anak perempuannya tewas tenggelam saat mencari siput di Teluk Lewoleba,…

9 hours ago

AMSI Dukung Penguatan Fungsi dan Peran Dewan Pers di Era Digital

Jakarta - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) sebagai salah satu konstituen Dewan Pers, akan terus…

13 hours ago

Dari Bumi Lamaholot, Fadli Zon dan Wagub Johni Asadoma Dorong Pariwisata Berbasis Budaya

Kupang - Exotic Lamaholot yang digelar di Larantuka, Flores Timur, Jumat (26/4/2025), menjadi pintu masuk…

3 days ago

Polairud Polda NTT Gagalkan Penyelundupan 100 Detonator dari Makassar ke Labuan Bajo

Kupang - Direktorat Polairud Polda NTT berhasil mengagalkan penyelundupan 100 detonator untuk pengeboman ikan di…

4 days ago

Kartini Tangguh, Perempuan Penjaga Terang di Timur Indonesia

Kupang - Di balik nyala yang menerangi Pulau Timor, ada kisah seorang perempuan muda yang…

4 days ago

PLN Jadi Perusahaan Energi Terbaik untuk Mengembangkan Karir di Indonesia versi LinkedIn

Jakarta - PT PLN (Persero) menjadi perusahaan energi terbaik untuk mengembangkan karir di Indonesia. Capaian…

5 days ago