Humaniora

Mengenal Wangka Dima, Panglima Kedaluan Congkar

Congkar – Tak banyak dikenal, tidak banyak ditulis dalam catatan sejarah, tapi sering diceritakan secara lisan. Itulah Wangka Dima, seorang Panglima Kedaluan (unit pemerintahan) Congkar yang tak banyak ketahui.

Sebelum menceritakan Wangka Dima, terlebih dahulu dibahas sedikit tentang sejarah sistem pemerintahan Manggarai. Pada zaman dulu, sistem pemerintahan Manggarai adalah sistem Kedaluan. Nah, Kedaluan congkar adalah salah satu kedaluan yang berada di Manggarai.

Dalu merupakan sistem pemerintahan terapan kesultanan Bima yang terkait dengan penerapam pajak berupa budak, sementara kedaluan berada di bawah naungan Raja Naib yang adalah wakil dari Sultan Bima.

Kedaluan congkar berada di bawah Raja Naib Pota, di bawah dalu ada gelarang yang menguasai satu atau lebih tuan tanah atau tua teno. Begitulah sejarah singkat tentang sistem pemerintahan di Manggarai.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak banyak sejarah yang menulis terkait dengan pemimpin dalu congkar ini. Namun masyarakat congkar hanya menceritakan secara lisan tentang kondisi dan kepemimpinan dalu congkar.

Tentu ada alasan tersendiri, kenapa saat ini catatan sejarah kedaluan Congkar sulit ditemukan. Ini mungkin menjadi dirkusrsus tersendiri. Saat ini, kita akan fokus kepada seorang yang diberi julukan Wangka Dima.

Nama asli Wangka Dima adalah Abdul Bundung. Ia berasal dari Glarang Lawi, Kampung Lawi terletak di Desa Compang Lawi, Kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur.

Beliau berasal dari Suku Mbaru Rangga. Suku Mbaru Rangga adalah salah satu suku yang berada di gelarang Lawi. Selain itu, ada juga suku lain yaitu Mbaru Golo dan juga Mbaru Mese. Wangka Dima memiliki empat anak, yaitu Jupu, Jale, Pagur, dan Kunu. Sampai saat ini keturunan Wangka Dima tersebar di wilayah Congkar dan skitarnya.

Kehebatan Wangka Dima

Pasti kita akan akan bertanya-tanya tentang julukan Abdul Bundung yaitu Wangka Dima. Sejak kapan julukan itu melekat padanya dan apa arti dari julukan itu. Menurut cerita masyarakat bahwa julukan itu ia peroleh saat ia pergi belajar di Bima.

Tentu di sana, salah satunya yang ia pelajari ialah ilmu perang dan kesaktian. Ketika ingin balik ke Kedaluan Congkar, dia diberikan perahu beserta senjata perang oleh orang Bima.

Orang Bima menyebut perahu dengan nama Wangka, sedangkan Dima adalah sebutan bagi orang Bima oleh masyarakat kedaluan Congkar. Dari situlah orang-orang menjulukinya Wangka DIma sampai saat ini.

Jadi gelar Wangka Dima, sesuai cerita masyarakat setempat, diperoleh Abdul Bundung lantaran keahlihan perangnya dan senjatanya yang berasal dari Bima itu. Secara pastinya tentunya perlu penelitian secara mendalam tentang Sosok Wangka Dima ini.

Jika sebelumnya kita sudah membahas terkait gelarnya, kini kita membahas sosok Wangka Dima dari segi kehebatanya. Sehingga membuat masyarakat Kedaluan Congkar khususnya masyarakat Kampung lawi masih mengenangnya hingga hari ini.

Pertama adalah senjata yang dia pakai ketika pergi berperang, salah satunya ada pistol yang pelurunya cuma satu. Konon, peluru itu tidak akan pernah meleset ketika ditembak. Pasti akan memakan korban, bahkan korbannya lebih dari satu. Kemudian peluru itu akan kembali ke pistol miliknya. Akibatnya banyak orang yang saat itu mulai takut dengan kehebatannya karena senjata yang sangat sakti.

Ada lagi satu senjata, boleh dibilang sebagai pengingat bagi Wangka Dima ketika pergi berperang. Modelnya ceperti cangkang kerang. Konon, jika cangkanya buka maka ia akan pergi berperang bersama pasukannya akan tetapi ketika cangkangnya tutup maka dia tidak akan pergi.

Beberapa keturunanya yang berada di Kampung lawi menjelaskan bahwa apabila cangkang itu terbuka, menandakan bahwa perang itu akan dimenangkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Wangka Dima. Sebaliknya apabila cangkang itu tertutup maka itu pertanda bahwa ia akan kalah bersama pasukannya.

Boleh dibilang alat ini sebagai pengingat bagi sang Wangka Dima untuk tidak boleh pergi berperang sebelum cangkanya terbuka.

Dan terbukti denga cerita dari masyarakat Kampung Lawi bahwa jarang sekali Wangka Dima mengalami kekalahan bahkan tidak pernah kalah. Oleh sebab itu, dia disegani di Kedaluan Congkar saat itu, bahkan oleh dalu yang lain.

Berkat kehebatannya, konon dia diangkat oleh Dalu Congkar menjadi panglima Kedaluan Congkar, otomatis setiap peperangan yang diikuti oleh Kedaluan Congkar dipimpin oleh Wangka Dima.

Berkat kehebatan Wangka Dima juga banyak dari dalu yang lain yang datang meminta bantuan kepadanya untuk membantu mereka dalam peperangan. Masih banyak lagi tentang kisah kehebatan Wangka Dima yang belum diceritakan di sini.

Itulah sekilas cerita tentang sosok Wangka Dima yang hanya dikenal lewat cerita lisan masyarakat Congkar. Tentunya cerita ini juga berdasarkan cerita lisan tersebut. Tentu Wangka Dima adalah tokoh nyata, akan tetapi cerita tentang sosoknya perlu dikaji lebih dalam lagi. (Afriansyah/Tari Rahmaniar Ismail)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Melki-Johni Ingin Program Perangkat Daerah Dikombinasikan dengan Program ‘Ayo Bangun NTT’

Kupang - Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma…

20 hours ago

KPU Tetapkan Melki-Johni Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Terpilih

Kupang - KPU NTT menggelar rapat pleno terbuka penetapan calon gubernur dan calon wakil gubernur…

2 days ago

Perokris PLN Berikan Bantuan Pembangunan Delapan Gereja di NTT

Kupang - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur melalui Persekutuan Rohani…

2 days ago

Johni Asadoma Sapa Difabel dengan Bahasa Isyarat

Kupang - Wakil Gubernur NTT terpilih Johni Asadoma menyapa disabilitas mengunakan bahasa isyarat saat menyampaikan…

2 days ago

Johni Asadoma Syukuran Ulang Tahun ke-59 Bersama 500 Difabel

Kupang - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) terpilih, Johni Asadoma merayakan ulang tahunnya yang…

2 days ago

KPU Tetapkan Melki-Johni Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih NTT 9 Januari

Kupang - KPU Nusa Tenggara Timur (NTT) akan melaksanakan pleno penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur…

3 days ago