Categories: Sains-Tekno

Lab Biokesmas NTT Pertahankan Inovasi dengan Pelatihan Biomolekuler dan Bioinformatika

Kupang – Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Nusa Tenggara Timur (NTT) bergerak cepat mengusung inovasi dan terobosan riset sains dan bioteknologi untuk kesehatan masyarakat maupun untuk menghadapi ancaman biosecurity.

Selama pandemi Covid-19 Lab Biokesmas ini sukses memeriksa lebih dari 19.000 spesimen Covid-19 secara gratis dengan metode pooled-test qPCR. Sekarang berupaya melakukan peningkatan kapasitas para peneliti yang tersebar di perguruan tinggi, instansi pemerintah, maupun lembaga swasta lain untuk menjawab berbagai tantangan terkini.

Dalam rangka mempersiapkan SDM peneliti NTT yang handal di bidang bioteknologi, Lab Biokesmas NTT berinisiatif menggelar serial pelatihan (workshop series) Biomolekuler dan Bioinformatika dengan tema ‘A Journey from Gene-cloning to Genome-editing’ (Perjalanan dari Kloning Gen ke Editing Genom).

Pelatihan seri pertama telah sukses terlaksana pada 12-13 Mei 2022, dan workshop seri ke-2 akan digelar pada 27-29 Juli 2022. Peserta pelatihan seri pertama terdiri dari dosen, peneliti, dokter, spesialis konsultan penyakit infeksi, serta staf laboratorium dari berbagai instansi pemerintah di NTT maupun dari luar NTT.

Peserta pelatihan yang mengikuti secara online berasal dari akademisi maupun laboran yang berasal dari Ruteng, Jakarta, Surabaya dan Salatiga. Dalam pelatihan seri 2 mendatang akan hadir lima orang pakar yang berasal dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Udayana, Universitas Nusa Cendana, UPTD Veteriner Dinas Peternakan NTT, dan Yayasan Generasi Biologi Indonesia.

Kepala Laboratorium Biokesmas NTT, sekaligus Ketua Panitia Workshop Biomolekuler dan Bioinformatika seri 1, Fima Inabuy mengatakan, pelatihan bertujuan membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan di bidang biomolekuler dan dasar-dasar bioinformatika.

“Kami sangat berharap setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengaplikasikan ilmu dan keterampilan biomolekuler untuk meningkatkan kualitas pengujian dan penelitian di laboratoriumnya masing-masing, khususnya dalam rangka menangani permasalahanpermasalahan kesehatan masyarakat, peternakan, pertanian, dan lainnya yang sedang terjadi di NTT,” kata Fima Inabuy di Kupang, Rabu (6/7/2022).

Dengan menghadirkan para ilmuwan profesional ini, target Lab Biokesmas NTT adalah peningkatan kapasitas sumber daya peneliti di NTT maupun provinsi lain di Indonesia untuk lebih maju dalam menjawab berbagai tantangan biosecurity.

Menurutnya, keilmuan biomolekuler di NTT belum digunakan dalam tataran riset, sedangkan di ranah akademik, penelitian biomolekulerpun masih belum luas dipraktekkan di perguruan tinggi di NTT, serta masih minim outcome.

Adapun Bioinformatika merupakan cabang keilmuan komputasi dari biologi molekuler yang mempelajari metode pengumpulan, analisa, dan interpretasi big-data biologi yang bersifat kompleks seperti data DNA, RNA dan protein.

Ilmu ini masih sangat perlu untuk dipelajari dan dikembangkan di NTT, sehingga pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan di bidang biomolekuler dan dasar-dasar bioinformatika.

Menjawab Tantangan Biosecurity Terkini

Kepala UPTD Veteriner Dinas Peternakan NTT drh. Hendrina Lero Laka megatakan saat terjadi outbreak African Swine Fever (ASF) pada ternak babi, Laboratorium UPTD Veteriner NTT tidak bisa melakukan pengujian.

“Kami memiliki alat PCR tapi bahan uji primer ASF belum ada, sehingga harus dikirim ke Bali atau Medan. Setelah ada pelatihan dari Lab Biokesmas, dokter hewan di laboratorium akhirnya bisa merancang primer PCR secara mandiri, sehingga sekarang sudah bisa melakukan PCR untuk mendeteksi ASF,” ujarnya.

Ia mengakui terobosan ini berhasil meningkatkan skill dokter hewan dalam melakukan uji-uji laboratorium veteriner. Dengan dukungan aksi nyata ini, Lab UPTD Veteriner dapat mendukung masyarakat NTT yang akan melakukan pengisian kembali (restocking) ternak babi ke kandang.

Menurutny, tanpa dukungan pemeriksaan laboratorium yang memadai, perpindahan ternak antar pulau di NTT juga terhambat, sebab untuk saat ini mekanisme kontrol ASF didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium, dan jika negatif ternak babi bisa diantarpulaukan. (mi)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Awal 2025, PLN UIP Nusra Lampaui Target Pengamanan Aset Hingga 262 Sertifikat

Mataram - Memasuki tahun baru 2025, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP…

2 hours ago

Perahu Terbalik Dihantam Gelombang di Kupang Barat, 1 Tewas, 2 Selamat

Kupang - Satu nelayan tewas dan dua nelayan lainnya selamat setelah perahu yang mereka tumpangi…

15 hours ago

Kelisrikan di Flores Terancam Jika Terus Bergantung pada BBM dan Batubara

Kupang - Pengamat Tambang dan Energi, Ferdy Hasiman menyebutkan penerbitan Surat Keputusan (SK) Penetapan Lokasi…

20 hours ago

Pulang dari Sawah, Petani di Rote Barat Laut Tewas Tersambar Petir

Kupang - Seorang petani tewas tersambar petir di Persawahan Polo, Desa Temas, Kcamatan Rote Barat…

23 hours ago

Pesawat dari Denpasar dan Larantuka Gagal Mendarat di Bandara El Tari Kupang, Ini Penyebabnya

Kupang - Dua pesawat gagal mendarat di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur imbas…

2 days ago

Cerita Dramatis Yunus Meninggal Terseret Banjir Sungai Lakolat, Anaknya Selamat

Kupang - Yunus Kalikit Lindi Djawa, korban hilang terseret banjir Sungai Lakolat di Desa Maidang,…

2 days ago