Kupang – Virus Rabies kini menyerang sejumlah warga di empat desa di Kecamatan Amarasi Barat, Amabi Oefeto Timur dan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Terdata oleh dinas peternakan kabupaten Kupang, Hingga akhir pekan kemarin sedikitnya sudah ada empat korban meninggal akibat gigitan anjing yang diduga kuat terinveksi rabies.
Deretan kejadian gigitan anjing yang menyebabkan orang meninggal tersebut oleh Pemkab Kupang dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemkab Kupang kini tengah dalam penanganan tanggap darurat.
Menyusul itu telah dilakukan upaya Penanganan Tanggap Darurat Bencana Non Alam Kejadian Luar Biasa Rabies.
Kepala bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Kupang, Smit Fanggi dalam keterangan persnya di kantor BPBD Kupang, Selasa (23/7/2024) mengatakan stok Vaksin Anti Rabies (VAR) merupakan salah satu persoalan yang dihadapi dalam penanganan tanggap darurat tersebut.
Pihaknya dalam proses persiapan administrasi permohonan bantuan VAR ke BPBD provinsi NTT.
Untuk VAR anjing dikatakan sesuai informasi dari dinas peternakan tersisa sekitar 2000 vial. Karena keterbatasan stok tersebut sehingga vaksin yang ada dikhususkan untuk penanganan vaksinasi di tiga kecamatan yang tertular yakni Amabi Oefeto Timur, Amarasi Selatan dan Fatuleu. “Untuk selanjutnya dalam proses untuk pengajuan permohonan bantuan VAR ke BPBD provinsi,”katanya.
Disampaikan vaksinasi pencegahan rabies sudah dilaksanakan Disnak sejak Agustus 2023 lalu menggunakan VAR sebanyak 30.000 vial. “Jadi upaya vaksinasi sudah dilakukan disnak dari Agustus tahun lalu dengan vaksin yang tersedia 30.000 viral di 24 kecamatan dengan jumlah anjing sekitar 28 ribu ekor. Sisanya itu sekitar 2000-an vial yang kita pakai untuk fokus di tiga kecamatan yang ada kasus,”katanya.
Hingga akhir pekan kemarin, kata Smit Fanggi, terdata ada 250 kasus gigitan anjing namun tidak semua adalah kasus rabies.
Hingga kini kata dia, kasus rabies baru teridentifikasi di kecamatan AOT, Fatuleu dan Amarasi Selatan dengan korban jiwa 4 orang. Dua korban diantaranya terkonfirmasi secara medis dinas kesehatan sebagai rabies sementara dua lainnya teridentifikasi rabies berdasarkan gejalan khas yang tampak pada korban gigitan.
Sejauh ini sudah sekitar 20-an sampel otak anjing dari ketiga kecamatan yang diambil untuk diperiksa di laboratorium namun dari jumlah sampe yang dikirim ke laboratorium baru satu sampel yang dinyatakan terinveksi rabies.
Puluhan sampel yang dikirim tersebut kata Smit bukan diambil dari anjing HPR (hewan penyalur rabies) namun dari anjing yang berinteraksi dengan anjing HPR yang sudah mati. “Anjing HPR itu biasanya beberapa hari setelah menggigit itu langsung mati sehingga kendala kita dilapangan kita sulit mendapatkan sampel dari anjing HPR, sampel yang dikirim itu hanya anjing yang berinteraksi dengan HPR,” katanya.
Status penularan rabies di kabupaten Kupang kata Smit untuk Zona tertular hanya kecamatan Amabi Oefeto Timur. Sementara kecamatan Fatuleu dan Amarasi Selatan zona dinyatakan sebagai zona terduga.
Sementara untuk Kecamatan lain masuk zona bebas terancam dengan potensi resiko tinggi karena satu daratan, pulau Timor. Untuk kecamatan Semau dan semau Selatan masuk zona bebas terancam dengan potensi rendah karena beda daratan. (Jmb)
Kupang - Cawagub NTT Johni Asadoma menegaskan, program sebagus apapun dari para pasangan calon (paslon)…
Kupang - Pasca perayaan hari penglihatan sedunia, tangga 10 Oktober kemarin, Yayasan Tanpa Batas (YTB)…
Kupang - Keluarga Besar Alumni Putra Putri Don Bosco (Papidos) yang merupakan wadah berhimpun lulusan…
Kupang - Cawagub NTT Johni Asadoma diundang khusus untuk menghadiri kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar…
Kupang - Anggota DPRD kabupaten Kupang dari PDIP dan PBB sementara berupaya keras memperjuangkan realisasi…
Kupang - Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, Jumat (25/10/2024) hari ini…