Kupang – Enam anak komodo (veranus komodoensis) menjadi penghuni baru di Cagar Alam (CA) Wae Wuul di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Enam komodo ini didatangkan dari Taman Safari Indonesia sejak 15 Agustus 2023, kemudian menjalani masa habituasi selama 40 hari di kandang habituasi Wae Wuul sebelum dilepasliarkan.
“Kami berharap agar Komodo yang dilepasliarkan ini dapat mendukung kelestarian dan peningkatan populasi komodo di habitat aslinya,” kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Satyawan Pudyatmoko lewat keterangan tertulis, Minggu (24/9).
Menurutnya, pelepasliaran dilakukan pada Sabtu (23/9), merupakan bukti nyata bahwa konservasi ex–situ dapat mendukung konservasi in-situ. Enam komodo ini menetas pada 27 Februari 2020 dari indukan komodo jantan bernama Rangga dan betina bernama Rinca di fasilitas Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia Cisarua.
Menurunya, konservasi adalah sebagai tempat cadangan genetik guna mendukung populasi in-situ, yang di antaranya dapat dimanfaatkan untuk pelepasliaran (restocking) ke habitat alaminya. Enam komodo ini menjadi penghuni baru di antara sekitar 21-53 komodo yang berada di cagar alam seluas 1.484,84 hektare tersebut.
Meskipun sudah berada di alam liar, pergerakan enam komodo ini tetap dipantau selama tiga tahun melalui GPS (Global Positioning System) telemetry yang telah dipasang pada ke enam komodo dan juga pemantauan melalui kamera trap yang akan dipasang di lokasi cagar alam.
Sedangkan pemilihan lokasi pelepasliaran didasarkan pada kajian pemetaan genetik (haplotype) yangmenyebutkan enam individu tersebut secara genetik berasal dari populasi Biawak Komodo yang ada di Cagar Alam Wae Wuul.
Selain itu telah dilakukan pula survei lapangan untuk melihat kondisi habitat, ketersedian pakan, keamanan dari gangguan dan beberapa indikator lainnya yang penentuannya telah melibatkan ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Menurutnya, keberadaan komodo di Pulau Flores tidak hanya di Taman Nasional Komodo dan Cagar Alam Wae Wuul, tetapi juga ada di Cagar Alam Wolo Thado seluas 4.016,80 haktare, Cagar Alam Riung seluas 426,2 hektare, Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung yakni di Pulau Ontoloe luas 352,14 hektare.
“Berdasarkan hasil monitoring dan analisis data ekspedisi komodo di Flores Tahun 2015- 2018, komodo dapat ditemukan pula di luar kawasan hutan konservasi antara lain Pulau Longos, Golo Mori, Mburak, Tanjung Kerita Mese, Nanga Bere atau Nisar di Manggarai Barat. Ada juga di Pota, Baras, Golo Lijun-Buntal di Manggarai Timur, serta Semenanjung Torong Padang di Ngada,” ujarnya. (gma/mi)
Editor: gamaliel
Kupang - Dalam rangka memastikan kesiapan pasokan listrik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025…
Kupang - DPRD Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut telah mengingkari janji soal agenda…
Kupang - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah menggelar Sosialisasi Ekosistem…
Kupang - Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memproyeksikan kebutuhan uang kartal pada…
Ruteng - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) melaksanakan kegiatan Penyampaian…
Kupang - Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di NTT yang semula 1,5 persen dari pokok pajak,…