Kupang – Program Pendidikan Vokasi dan Training Industri bagi lulusan SMA dan SMK ke Jerman bertambah menjadi 3.500 orang dari rencana sebelumnya hanya 2.000 orang.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi dalam rapat yang berlangsung secara daring, Selasa (2/5/2023).
Dalam rapat tersebut, Gubernur NTT Viktor Laiskodat bersama Direktur Yayasan Global Catalyst Kinan Anindita menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait pendidikan vokasi tersebut. MoU mengatur tentang kursus Bahasa Jerman, pelatihan budaya kerja serta pendidikan vokasi dan training industri di Jerman.
Penandatanganan MoU dihadiri oleh Plt. Sekda Provinsi NTT Yohana Lisapaly, Kadis Pendidkan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, dan Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu.
Menurut Linus, dari 3.500 oang tersebut, 3.000 orang akan bertolak ke Jerman pada tahun ini, sedangkan 500 orang baru akan bertolak ke Jerman pada 2024. Mereka berada di Jerman antara selama 4 tahun. Program ini dapat diperpanjang setelah melalui tahapan evaluasi.
Menurutnya, siapapun lulusan SMA/SMK di NTT bisa mengikuti program ini, asalkan usianya tidak lebih dari 35 tahun. “Polanya kemitraan dengan Bank NTT. Ini hal dan inovasi baru yang coba diterobos oleh pemerintah,” kata Linus Lusi.
Dijelaskan Linus Lusi, masyarakat tidak perlu khawatir terkait pembiayaan program ini, karena Bank NTT sudah siap mendukung dengan dana senilai Rp50 Juta lebih per orang tanpa jaminan, dengan bunga 0%.
Menurutnya, item-item pembiayaan meliputi pembuatan visa, passport, dan biaya-biaya lainnya. Setelah selesai, para lulusan bisa bekerja sambil mencicil kembali pinjaman di Bank NTT. “Pola yang kedua, orang tua yang mampu, silahkan, dia kasi Rp50 juta lebih dan selesai. Tapi ada yang tidak mampu, bisa melakukan peminjaman,” jelasnya.
Kadis Linus Lusi menyampaikan, saat ini sudah ada sejumlah mahasiswa datang ke Dinas P dan K Provinsi NTT, dan sudah menyatakan niatnya mengikuti program tersebut.
Total jumlah peminat hingga saat ini mencapai lebih dari 100 orang, namun mereka harus mengikuti kursus Bahasa Jerman dengan mendaftar melalui Global Katalyst. “Sistem gajinya di sana sudah besar semua. Antara Rp16 Juta sampai Rp30 Juta, dan Rp40 Juta sampai Rp60 Juta kalau sudah pada tingkat tertentu,” ungkap Linus Lusi.
“Sehingga orang tua perlu mempercayakan dan merelakan anaknya untuk dia bisa hidup jauh ke depan dan memberikan dukungan. Ini yang kita harapkan dari orang tua,” pungkasnya.
Sementara Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam laporannya saat kunjungan kerja Gubernur NTT di Kabupaten TTS belum lama ini menjelaskan, Yayasan Global Katalys diisi orang-orang Indonesia yang merupakan diaspora di Jerman.
“Mereka para diaspora ini memberikan perhatian dan mendukung kerja sama untuk dilakukan kegiatan belajar sambil bekerja bagi anak-anak NTT,” ucapnya.
Dikatakan Dirut Alex, kurang lebih ada 70 ruang lingkup yang disediakan dalam program vokasi ini baik untuk jasa maupun teknik. “Mulai dari bidang perhotelan, restoran, design interior, asuransi, kedokteran serta di bidang teknik lainnya termasuk arsitektur, informasi, elektronika dan teknik sipil serta teknologi lainnya yang dibutuhkan untuk membangun NTT,” jelasnya.
Dirut Alex menambahkan, program vokasi ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp. 51.700.000 per anak. Bagaimana mengembalikannya dari total 51.700.000?
Setelah para lulusan sudah berada di Jerman, oleh Yayasan mereka akan didistribusikan pada tempat-tempat kerja yang sudah terfasilitasi atau sudah terkoneksi dengan Global Katalyst ini. Setelah bekerja, mereka bisa mencicil kembali pinjaman di Bank NTT. (*)
1 comment