Kupang – Sebanyak 13 orang yang terdiri dari suami dan anak anggota Coop Tanaoba Lais Manekeat (TLM) Indonesia asal Kupang dan Kapan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur mengikuti pelatihan pembuatan furnitur bambu yang berlangsung di Balai Latihan Kerja (BLK) Kelurahan Kayu Putih.
Pelatihan digelar oleh Coop TLM Indonesia bersama Yayasan Bambu Lestari dan PT Bambu Bos ini, bagian dari upaya meningkatkan keterampilan pemuda menghasilkan furnitur dari bambu, mengingat hampir seluruh kabupaten dan kota di NTT sebagai daerah penghasil bambu. NTT juga tercatat sebagai sentra industri bambu olahan tingkat nasional.
Para pelatih didatangkan dari pengrajin bambu di Yogyakarta, memberilan pelatihan mulai dari pengawetan bambu, pengolahan bambu menjadi furnitur, maintanance, dan perhitungan kebutuhan modal untuk menghasilkan satu produk furnitur bambu.
Manager Umum Coop TLM Indonesia, Elvys Datty mengatakan, setelah mengikuti pelatihan, para pemuda sudah mahir membuat furnitur dari bambu, seperti pengawetan bambu yang biasanya lebih dari sebulan, kini bisa diselesaikan dalam tempo dua hari.
“Untuk membuat nyiru dari bambu, yang biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan, setelah dilatih, bisa lebih cepat menghasilkan produk dari bambu,” katanya di Kupang, Sabtu (8/10/2022).
Menurutnya, pelatihan ini bagian dari pemberdayaan anggota Coop TLM Indonesia karena produk furnitur bambu di Kota Kupang, kendati bahan baku bambu masih didatangkan dari Kabupaten Ngada.
Dalam pelatihan ini, sebanyak lima orang menandatangani kontrak untuk membuat furnitur bambu bagi kebutuhan unit bisnis lainnya seperti restoran dan bar La Cova yang sedang dibangun di Pantai Wisata Kelurahan Lasiana.
Adapun produk yang dihasilan dalam pelatihan ini yakni kursi sofa, kursi, meja, dan sejumlah lampu rebung. “Mereka ini adalah suami dan anak dari anggota Coop TLM Indonesia. Setelah pelatihan, dikontrak untuk menyiapkan furnitur dan barang-barang bagi kebutuhan La Cove,” ujarnya.
Tetapi ke depan, dengan adanya pemuda yang terlatih, mereka dapat menghasilkan produk dari bambu untuk meningkatkan ekonomi keluarga.”Tentu tidak terbatas sampai di pelatihan saja, tetapi kita akan support mereka melalui program simpan pinjam Coop TLM Indonesia,” ujarnya.
Dia menyebutkan Coop TLM Indonesia memiliki 158.000 anggota yang seluruhnya perempuan tersebar tidak hanya di NTT tetapi juga di provinsi lainnya.
Direktur Bambu Bos, Jajang Agus Sonjaya menyebutkan pelatihan tersebut adalah langkah awal pengembangan bambu dan furnitur bambu di NTT. “Mimpi kita ke depan adalah membuat pelet dari liimbah bambu sebagai bahan bakar mengantikan solar. Jadi pelatihan ini merupakan langkah awal,” ujarnya saat menyampaikan sambutan secara daring.
Dia optimistis, usaha furnitur bambu di NTT berkembang, apalagi, tambahnya, pengembangan bambu dan produk furnitur lainnya dari bambu telah mendapat lampu hijau dari Anggota DPR RI Julie Laiskodat.
Direktur Eksekutif Yayasan Bambu LIngkungan Lesteri, Monica Tanuhandaru menyebutkan juga optimistis masa depan industri bambu di NTT sangat cerah. “Nanti ada kelanjutan setelah pelatihan ini, dan saya optimistis pelatihan ini akan memberikan manfaat bagi peserta,” kata Monica Tanuhandaru. (*/gma)
Jakarta – Seiring dengan perkembangan kebutuhan perjalanan yang semakin meningkat, BookCabin yang merupakan Online Travel…
Kupang - Proyek Penanganan Longsor di Kabupaten Malaka senilai Rp 20 miliar melalui Pelaksanaan Jalan…
Labuan Bajo - Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata dan permintaan energi listrik yang terus meningkat…
Jakarta - Gubernur NTT Terpilih, Melki Laka Lena, terus membangun sinergi untuk membangun NTT. Yang…
Lembata - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) menyalurkan bantuan program…
Denpasar - Jurnalis Kompas.com wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Sigiranus Marutho Bere, meraih juara satu…