Daerah

BMKG Prediksi Puncak Kemarau di NTT 2024 Bulan Agustus

Kupang – Pada awal september 2023, BMKG – Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur merilis bahwa musim hujan 2023/2024 diprediksi akan mundur dibanding biasanya.

Hasil pemantauan hingga awal maret 2024 menunjukan 100% zona musim (ZOM) NTT telah mengalami musim hujan. Secara umum sebagian besar ZOM memasuki musim hujan pada bulan november hingga desember 2023 di mana kondisi tersebut mundur dari normalnya serta puncak musim hujan terjadi pada februari hingga maret 2024.

Puncak musim kemarau 2024 diwilayah Nusa Tenggara Timur diperkirakan umumnya terjadi pada bulan agustus 2024 sebanyak 18 ZOM (64,29%).

Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada bulan juli 2024 sebanyak 9 ZOM (32,14%) dan september 2024 sebanyak 1 ZOM (3,57%).

Awal musim kemarau 2024 zona musim (ZOM) di NTT diperkirakan umumnya mulai april 2024. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1991-2020), awal musim kemarau 2024 diperkirakan disebagian besar daerah di NTT mundur dari rata-ratanya.

Sifat hujan selama musim kemarau 2024 disebagian besar daerah NTT diperkirakan umumnya normal. Puncak musim kemarau 2024 di NTT diperkirakan pada umumnya terjadi pada bulan agustus 2024.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Provinsi NTT, Rahmattuloh Adji menyampaikan beberapa rekomendai dalam menghadapi musim kemarau 2024.

“Dalam menghadapi musim kemarau 2024, BMKG menghimbau kepada Pemerintah Daerah, Institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipiatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya). Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan resiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta kekurangan air bersih. Pemerintah dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan, “jelas Adji.

Selain itu, lanjutnya, tindakan antisipasi juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal (lebih basah dari biasanya) terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi. (Paul)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

PLN Sosialisasi Bahaya dan Keamanan Pasokan Listrik di Omesuri Lembata

Lembata - PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Flores Bagian Timur melalui Unit…

3 hours ago

Promo Terbaru dari PLN, Tambah Daya Listrik Dapat Diskon 50%

Kupang - PT PLN kembali menghadirkan promo spesial berupa diskon 50% untuk biaya tambah daya,…

4 hours ago

Wagub Johni Asadoma Gelorakan Gerakan ‘Beli NTT’ di AnTiK Fest 2025

Kupang - Wakil Gubernur NTTJohni Asadoma membuka "Ana NTT Kreatif Festival" AnTiK Fest 2025, di…

7 hours ago

Dua Terduga Preman yang Aniaya Warga di Manutapen Segera Diadili

Kupang - Penyidik Polsek Alak melimpahkan berkas dua tersangka kasus pengeroyokan terhadap John Pelang di…

8 hours ago

Kaliwatu Residence Labuan Bajo Jadi Resort Pertama di NTT yang Dukung Penggunaan Energi Hijau

Labuan Bajo - Kabar membanggakan datang dari dunia pariwisata dan energi bersih di Labuan Bajo.…

11 hours ago

Empat Bupati di Sumba Siap Dukung PLN Untuk Kelancaran Program Pembangunan Lisdes Dan Lisdus

Kupang  - PLN Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrik (UP2K) Sumba dan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan…

14 hours ago