Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT Donny Heatubun bersama Dinas Pertanian Kabupaten Kupang dan mahasiswa melakukan penanaman cabai mengunakan Jinawi di Lahan GS Organik II, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, Rabu (2/8). Foto: Lintasntt
Kupang – Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan penanaman cabai mengunakan Jinawi di Lahan GS Organik II, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, Rabu (2/8/2023.
Alat Jinawi merupakan teknologi digital farming yang berbasiskan Internet of Things (IoT), yakni alat pengukur Ph tanah dan penyedia informasi presisi terkait kebutuhan pupuk NPK.
Di lahan tersebut, Kepala BI Kantor Perwakilan NTT Donny Heatubun bersama pengelola GS Organik, Dinas Pertanian Kabupaten Kupang dan belasan mahasiswa Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Nusa Cendana Kupang menanam 10.000 anak cabai.
Menurut Heatubun, penanaman cabai merupakan bagian dari upaya mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Kabupaten Kupang, tetapi juga di Kota Kupang dan Sumba Timur.
Pada 15 Juli 2023, Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT bersama gubernur pada bupati se-Nusa Tenggara Timur telah menanam 40.000 anakan cabai di Sumba Timur.
“Ada alat yang ditanam di dalam tanah, bisa membaca data seperti kadar Ph tanah dan mengirimnya ke aplikasi yang diinstal di smartphone. Saat penyiapan lahan, petani bisa menyesuaikan sehingga cabai bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,” ujar Donny Heatubun kepada wartawan, seusai kegiatan penanaman cabai perdana di desa tersebut.
Harapan dari penerapan alat digital farming ini agar terjadi peningkatan baik di sisi hulu maupun hilir. Pada sisi hulu, penerapan digital farming dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi biaya produksi.
“Penerapan teknologi digital farming dengan menggunakan alat Jinawi pada GS-Organik ini, juga diharapkan akan membantu produktivitas cabai yang akan kita tanam hari ini dapat menjadi penyemangat berbagai pihak,” ujarnya.
Heatubun menyebutkan, sinergi GNPIP NTT bertujuan untuk mengambil langkah-langkah strategis pengendalian inflasi dari sisi supply agar lebih integratif, masif, terstruktur, melibatkan banyak pihak dan berdampak nasional dalam pengendalian harga, melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD).
Digital Farming dan inovasi lainnya dalam bidang pertanian serta komunikasi untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi di wilayah NTT.
Karena tu,Dia berharap GS-Organik tetap menjaga komitmen dan semangat sehingga penerapan alat ini dapat direplikasi secara luas di seluruh NTT.
Adapun di sisi hilir, tambahnya, dapat meningkatkan akses pemasaran dan memberikan nilai tambah terhadap komoditas cabai. “Dampak lain dari penerapan alat digital farming ini dapat menjadi role model bagi para pelaku usaha tani, para siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian, mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja lapangan, khususnya yang melakukan praktik lapangan di GS Organik,” sebutnya.
Cocok Diterapkan di NTT
Sebagai provinsi dengan lapangan usaha yang didominasi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, teknologi digital farming sangat penting cocok diterapkan di NTT.
Sesuai data BPS pada Juli 2023, Struktur Ekonomi NTT pada triwulan I-2023 masih didominasi tiga lapangan usaha tersebut dengan kontribusi sebesar 29,97 persen.”Karena itu, saat permintaan masyarakat akan pangan kian meningkat, petani maupunn pelaku usaha perlu memastikan ketersediaan komoditas pangan strategis seperti cabai, daging sapi, beras, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras dengan cara lebih efisien dan berkelanjutan sehingga inflasi yang disebabkan oleh komoditas pangan strategis tetap terkendali sesuai sasarannya yakni dikisaran 3+-1% pada 2023,” jelas Heatubun.
Menurutya, inflasi yang stabil dan terkendali merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Masyarakat, sebab jika tidak terkendali dan tidak stabil akan memberikan berbagai dampak negatif, yakni pendapatan riil masyarakat akan terus turun dan menjadikan masyarakat yang rentan dan miskin akan menjadi semakin bertambah.
Inflasi yang tidak stabil, bakal menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan untuk berusaha atau berivestasi, produksi, dan knsumsi yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, tingkat inflasi domestik yang tinggi dibanding di negeri lain, menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah, serta kestabilan harga memiliki peran penting dalam mendukung upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.(*/gma)
Editor: Gamaliel
Kupang - Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya keselamatan dalam menggunakan…
Kupang - Seorang warga Dusun Nautasik, Desa Suelain, Kecamatan Lobalain, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur…
Maumere - Dalam semangat pelayanan tanpa henti, PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT melalui…
Mataram - Kelompok Tani Nubahaeraka, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, binaan PT PLN (Persero) Unit Induk…
Kupang - Teka-teki tentang siapa yang akan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pemuda Tani…
Kupang - Bapperida Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama ICRAF Indonesia menggelar konsultasi publik Rencana Induk…