Categories: Hukum

Anaknya Dibunuh di Sumba, Ibu dan Menantu Cari Keadilan sampai Jakarta

Jakarta–Masih ingat kematian Iyek Nanda Saputra pada 22 Januari 2014 di Sumba?

Pada Kamis 9 dan 10 Mei 2016 lalu, ibu Hadijah Usman bersama menantunya bernama Amar mendatangi Komnas HAM, Ombudsman dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) guna mencari keadilan terhadap kasus kematian anaknya tersebut.

Mereka minta kepada lembaga tinggi negara yang didatanginya untuk melakukan investigasi ke Sumba Barat serta memanggil Polda NTT dan Polres Sumba Barat.

Menurut ibu Hadijah pada 22 Januari 2014, Iyek Nanda pamit hendak membeli gorengan. Selang beberapa jam, bukan gorengan yang didapat. Tetapi justru keluarga mendapat kabar bahwa Iyek Nanda sedang dilarikan ke Rumah Sakit Karitas Weetebula, Sumba Barat Daya, NTT.

Ketika keluarga korban tiba di ruang IGD Rumah Sakit, Iyek Nanda dalam kondisi yang mengenaskan. Luka-luka di sekujur tubuh seperti luka robek memanjang di bawah dagu, kedua mata biru lebam, tulang hidung patah, otak kecil (bagian belakang kepala) lembek, gigi lima buah lepas, tangan kiri patah dan dua buah goresan panjang di dada.

Oleh Kepolisian Resor (Polres) Sumba Barat yang membawahi 3 (tiga) wilayah administrasi kabupaten (Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kabupaten Sumba Tengah), kematian Iyek Nanda dikatakan sebagai kecelakaan tunggal.

Hal tersebut tertuang dalam Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) Polres Sumba Barat, dengan nomor surat B/15/III/Lantas Res. SB. Namun ibu Hadijah Usman dan keluarga besarnya tetap berkeyakinan bahwa Iyek Nanda dibunuh, dan bukan meninggal karena kecelakaan tunggal lalu lintas.

Keyakinan pihak keluarga atas dasar fakta bahwa pihak kepolisian tak pernah melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) dan hasil otopsi bernomor YM.01.06./IX.E.19.VER/460/2014 yang dilakukan oleh Dokter Ahli Forensik yang didatangkan dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Instalasi Kedokteran Forensik, dr. Dudut Rustyadi, SpF.

Hasil otopsi menemukan tanda-tanda pendarahan di bawah selaput keras otak dan kekerasan benda tumpul pada wajah (daerah hidung dan pipi) yang mengakibatkan patah tulang hidung dan pipi yang menimbulkan kerusakan jalan nafas bagian atas, serta kekerasan benda tumpul pada dahi dan pelipis kanan yang menimbulkan pendarahan di bawah selaput keras otak secara tersendiri sebagai penyebab kematian.

Hasil otopsi pun memberikan kesimpulan penutup bahwa pola dan lokasi luka yang ditemukan pada tubuh korban, sesuai dengan peristiwa penganiayaan. Inilah yang membuat ibu Hadijah dan keluarga besar tak henti-hentinya berjuang selama kurang lebih dua tahun ini untuk mendapatkan keadilan hukum. Agar kejadian seperti ini tak lagi terus menerus terjadi di Sumba Barat dan di daerah manapun.

Foto Bersama di Ombudsman/Foto: Padma Indonesia

“Di Sumba, pembunuhan sudah jadi seperti hal yang biasa-biasa saja. Dengan Rp2 juta, nyawa orang bisa dengan gampangnya dihilangkan. Di Sumba sana, kalau aparat sudah disogok, maka kasus ditutup. Tapi tidak bagi saya. Saya akan tetap kejar ini sampai kemanapun,” kata ibu Hadijah disela isak tangisnya.

Ibu Hadijah melanjutkan bahwa pihak keluarga besar mensinyalir ada oknum polisi yang terlibat dalam rekayasa kasus pembunuhan dan melakukan pembiaran penanganan kasus ini. Sehingga menyebabkan penyidikan menjadi terkatung-katung.

Menurutnya, pihak keluarga telah berupaya keras untuk mengungkap kasus ini. Bahkan mereka rela tanah dijual demi pembiayaan pengusutan kasus di kepolisian. Masih menurut ibu Hadijah, pihaknya bahkan rela melakukan apa saja. Termasuk memenuhi permintaan oknum polisi untuk pembiayaan operasional dan seluruh biaya otopsi.

Sementara itu, ketiga lembaga yang dituju telah menerima ibu Hadijah dengan baik. Berkas-berkas yang berisi kronologis dan semua bukti-bukti laporan telah diterima. Nama-nama dan foto yang diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan pun telah dikantongi oleh lembaga-lembaga terkait beserta Mabes Polri. Semua instansi yang dituju, sesuara bahwa akan segera menindaklanjuti dugaan ketidakadilan yang terjadi di Sumba Barat Daya ini. (Padma Indonesia)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Wagub NTT Jelaskan Progam “One Village One Product” dan Koperasi Merah Putih di Konferwil GP Ansor

Kupang - Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma berkesempatan menghadiri dan membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) Ke-IV…

5 hours ago

NTT Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem, BMKG: Jangan Panik Tapi Tetap Waspada

Kupang - Provinsi NTT berpotensi dilanda cuaca ekstrem berupa hujan lebat, disertai petir dan angin…

6 hours ago

Presiden Trump Bekukan Voice of America, Wartawan Diminta Kembalikan Kartu Pers

Washington: Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump membekukan operasional sejumlah media yang…

9 hours ago

Kapolsek Maulafa Buka Puasa Bersama Anak Yatim dan Jemaah Masjid Darul Hijrah BTN Kolhua

Kupang - Kapolsek Maulafa AKP Fery Nur Alamsyah, S.H menghadiri acara buka puasa bersama anak…

17 hours ago

Bangun 2 Rumah Sakit di NTT, Melki-Johni Sampaikan Terima Kasih ke Kemenkes

Kupang - Gubernur NTT dan Wakil Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena - Johni Asadoma…

17 hours ago

Menkes Janji Seluruh RSUD di NTT Terima Alkes Lengkap Tangani 4 Penyakit Katastropik

Kupang - Seluruh rumah sakit daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dipastikan akan menerima alat…

1 day ago