Humaniora

Anak Muda NTT Angkat Suara di Ubud Writers And Readers Festival 2022

Bali – Dua penulis asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Felix K. Nesi dan Maria Pankratia, dan seniman Gabriela Fernandez turut meramaikan perhelatan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang diselenggarakan pada 27-30 Oktober 2022 di Ubud, Bali.

Festival sastra dan seni tahunan terbesar di Asia Tenggara ini mengundang keduanya untuk membahas isu ketimpangan akses sastra di wilayah timur Indonesia dalam sesi “Voices from the East”.

Baik Felix maupun Maria dikenal luas sebagai pegiat literasi di NTT. Selain aktif menulis, keduanya terlibat dalam Klub Buku Petra, sebuah inisiatif lokal yang berfokus mengembangkan literasi serta meningkatkan apresiasi terhadap sastra di tengah masyarakat. Klub yang telah berjalan sejak tahun 2013 ini berbasis di Ruteng, NTT.

Maria juga menjabat sebagai Manajer Program Flores Writers Festival. Di UWRF, ia berbagi cerita tentang inisiatif-inisiatif yang telah ia lakukan. Bagi Maria, mengembangkan sastra dan literasi penting untuk membangun kepekaan dan kekritisan terhadap apa yang terjadi di sekitar.

Ia menambahkan, “Melalui jalan sastra dan literasi, saya dan kawan-kawan yang bergerak di bidang ini percaya bahwa kami di NTT memiliki keahlian dan mampu bersaing dalam hal apapun dengan kawan-kawan di luar sana”.

Felix yang merupakan pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2018 menyampaikan hal serupa. “Melalui sastra, saya pikir kita bisa bicara tentang ketimpangan literasi karena ini adalah persoalan yang cukup rumit diurai. Ketika kita bicara tentang ketimpangan sastra berarti kita bicara menyeluruh tentang ketimpangan politik dan lain-lain”, ucapnya. Ia juga berharap isu ketimpangan akses sastra yang menjadi dapat menjadi perhatian bersama ke depannya.

Ini adalah kali kedua Felix hadir di UWRF. Selain sesi “VoicesfromtheEast”, Felix juga mengisi sesi “Power Structures in Storytelling” dan “Combating Racism through Creative Practices. “Senang bisa main ke sini, ketemu banyak orang, ketemu banyak penulis.”, ucap Felix.

Sedangkan ini menjadi debut Maria di UWRF. Ia juga mengisi sesi “Diversity in Literary Spaces” bersama pembicara dari India, Amerika Serikat, dan Australia. Ia mengungkapkan perasaannya, “Saya tentu merasa gembira sekaligus berdebar-debar, saya akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk berbagi, menyerap ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, serta membangun jaringan dengan kawan-kawan baru yang hadir di Ubud”.

Felix, Maria dan Gabriela adalah dua dari lebih dari 200 pembicara meramaikan UWRF tahun ini. Setelah dua tahun diselenggarakan secara daring dan hybridakibat pandemi, UWRF akhirnya kembali melaksanakan festival secara tatap muka. Yayasan Mudra Swari Saraswati selaku penyelenggara menyambut ribuan penulis hingga penikmat sastra di Ubud, Bali, akhir bulan ini.

Ketiganyamenyambut hangat kehadiran UWRF dalam lanskap sastra dan seni di Indonesia. Felix menyampaikan, “Saya pikir UWRF sangat bagus. Kalau festival-festival seperti ini diperbanyak akan lebih bagus, akan sangat membantu karena teman-teman dari Timur itu kebanyakan butuh akses. Mereka bisa menulis tapi mereka tidak tahu tulisannya mau diapakan”.

Gabriela Fernandez, seorangpenyanyi-penulislagu dan senimandari Nusa Tenggara Timur. Musik dan karya-karyanyamerupakan media untuk menghadapi diri sendiri sekaligus mengadvokasi kesehatan mental. Iamendirikan akarupa.id sebagai wadah pengembangan diri melalui seni, dan aktif mengadakan kelas seni lukis atau seni untuk penyembuhan. Gabriela menghiasi panggung Festival dan mengisi program anak dan remaja di Ubud, Bali.

Adapun UWRF kali ini mengusung tema Memayu Hayuning Bawana, sebuah filosofi Jawa Kuno yang bermakna ikhtiar dalam merawat, melindungi, serta memperindah segala sisi keutamaan semesta. Filosofi ini diterjemahkan UWRF menjadi Uniting Humanity.

“Sejalan dengan tema UWRF tahun ini, kiranya api semangat (sastra dan literasi) yang telah dipantik UWRF sejak sembilan belas tahun lalu, terus terjaga dan memberi nyala bagi segala usaha dan kerja-kerja baik yang tak kunjung henti diupayakan, baik secara individu, maupun secara kolektif”, ujar Maria. (*)

 

 

 

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Telkomsel Sambungkan Senyuman Ajak Pelanggan Tukar Telkomsel Poin dan uCoin by.U untuk Donasi Tas Sekolah

Jakarta - Telkomsel melalui inisiatif CSR filantropi “Telkomsel Sambungkan Senyuman” yang berfokus pada kepedulian dengan…

47 minutes ago

Jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru, GM PLN NTT Pastikan Pasokan Listrik Di Daerah Perbatasan RI-RDTL Aman

Kupang - Dalam rangka memastikan kesiapan pasokan listrik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025…

13 hours ago

DPRD Kota Kupang Ingkar Janji Terkait RDP Penutupan Akses Jalan di Namosain

Kupang - DPRD Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut telah mengingkari janji soal agenda…

1 day ago

Pemkot Kupang Gelar Sosialisasi Ekosistem Riset dan Inovasi Daerah 2024

Kupang - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah menggelar Sosialisasi Ekosistem…

1 day ago

BI NTT Proyeksikan Kebutuhan Uang Tunai Natal dan Tahun Baru Rp1,3 Triliun

Kupang - Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memproyeksikan kebutuhan uang kartal pada…

1 day ago

Sambut Natal, PLN UIP Nusra Gelar Penyampaian Nilai Ganti Kerugian Pengadaan Tanah PLTP Ulumbu 5-6 Poco Leok

Ruteng - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) melaksanakan kegiatan Penyampaian…

2 days ago