13.534 Anak NTT Diselamatkan dari Stunting

  • Whatsapp
dok lintasntt.com

Kupang – Selama Januari-Oktober 2023, sebanyak 13.534 anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) diselamatkan dari stunting.

Penyelamatan belasan ribu anak dari stunting tersebut membuat prevalensi stunting di NTT turun menjadi 15,2% dari sebelumnya 17,7% pada 2022, seperti yang tercatat di data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) 2023.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT, Elsa Pongtuluran mengatakan penurunan stunting pada 2023 sebesar 2,5%.

Namun secara ril, balita stunting di daerah itu masih tinggi yakni sebanyak 63.804 orang. Saat prevalensi stunting 17,7%, total balita stunting tercatat 77.338 orang sehingga terjadi penurunan sebanyak 13.534 orang. “Angka tersebut belum mencapai target penurunan stunting pemerintah daerah antara 12-10% pada 2024,” ujarnya,

Tahun lalu, Pemprov NTT menargetkan prevalensi stunting turun sampai 10% pada 2024 atau turun sampai satu digit.

Untuk mengejar target yang ditetapkan pemerintah tersebut, Menurut Elsa, banyak pekerjaan besar dan penting yang harus dilakukan BKKN yang memegang kendali pencegahan stunting, bekerja ekstra terutama mencegah agar tidak lagi terjadi calon-calon stunting baru ke depan.

“Pencegahan ini lakukan secara ketat melalui Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yaitu seorang ibu harus terhindar dari empat terlalu yaitu terlalu muda hamil dan melahirkan, terlalu tua hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan dan terlalu sering hamil dan melahirkan,” sebutnya.

Menurutnya, percepatan penurunan stunting dicapai melalui pelaksanaan lima pilar dalam strategi nasional percepatan penurunan sunting sebagaimana tercantum dalam lampiran B tentang percepatan penurunan stunting dengan sasaran target salah satunya adalah Pilar ke-2 yaitu peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.

Karena itu, lanjutnya, diperlukan komitmen kuat untuk percepatan penurunan stunting yang memerlukan keterlibatan dan kolaborasi semua sektor mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media massa, bahkan masyarakat sipil yang dikenal dengan sinergitas pentahelix.

Menurutnya, BKKBN membutuhkan jembatan komunikasi atau perpanjangan tangan melalui peran media massa, baik cetak dan elektronik untuk mengkampanyekan penyebab stunting dan dampak stunting bagi masyarakat, dengan harapan agar adanya peningkatkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman yang mendorong perubahan perilaku pada masyarakat untuk mencegah stunting.

“Untuk mencapai perubahan perilaku ini BKKBN bekerjasama dengan Tanoto Foundation menyelenggarakan kegiatan Forum Koordinasi Jurnalis,” kata dia.

Elsa pun berterimakasih dan apresiasi kepada Tanoto Foundation dengan segala programnya yang telah begitu konsen terhadap program percepatan penurunan stunting di Indonesia khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dia berharap, kegiatan ini tidak cukup sampai di sini saja tapi akan terus berlanjut demi masyarakat NTT yang lebih maju, terutama bisa mewujudkan mimpi anak- anak NTT yang lebih berkualitas dan bebas dari stunting. “Semoga seluruh upaya yang kita lakukan dapat menyelamatkan generasi kita menuju generasi emas pada tahun 2045,” kataya

Adapun Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menyebutkan angka stunting di Indonesia telah turun menjadi 21,6 persen.

“Namun tugas kita belum selesai. Masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu di depan. Mulai dari target 14,4 persen yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2024, hingga ancaman gagalnya bonus demografi di tahun 2045 bila stunting tidak segera diatasi,” kata External Communications Manager Tanoto Foundation, Patrick Hutajulu.

Menurut Patrick, dibutuhkan percepatan penurunan stunting, terutama di daerah-daerah prioritas, termasuk Nusa Tenggara Timur.

Dia menjelaskan, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tetang percepatan penurunan stunting, yang turunannya adalah Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting atau RAN PASTI.

RAN PASTI lanjutnya, terdiri dari tiga pendekatan yaitu pendekatan keluarga berisiko, intervensi gizi, dan kolaborasi pentahelix antara pemerintah dengan swasta, institusi pendidikan, masyarakat, dan media.

Oleh karena itu, untuk mendukung percepatan penurunan dan program-program dari pemerintah, Tanoto Foundation yang merupakan lembaga filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, berkomitmen penuh mendukung pemerintah dalam penurunan stunting.

Bentuk implementasi dari komitmen ini salah satunya adalah melalui forum koordinasi jurnalis NTT ini yang merupakan kolaborasi bersama dengan BKKBN NTT. “Melalui forum ini, kami mengajak, mendukung, dan membantu media dalam menjalankan fungsinya sebagai corong utama untuk mengedukasi dan memberi informasi kepada publik demi penurunan stunting di NTT,” kata Patrick.

Melalui forum koordinasi yang rencananya akan diadakan secara rutin hingga akhir tahun 2023 ini, Tanoto Foundation dan BKKBN NTT ingin memberikan informasi, data, dan pemahaman yang tepat mengenai stunting serta peningkatan kapasitas teman-teman jurnalis, dengan harapan dapat membantu rekan-rekan jurnalis dalam menjalankan fungsi edukasi dan informasi sehingga mendukung capaian penurunan stunting di Provinsi NTT.

“Harapan kami, forum komunikasi ini dapat memantik rekan-rekan jurnalis untuk melakukan explorasi, observasi, riset, hingga pendalaman dalam dunia stunting dalam posisinya sebagai agen-agen perubahan dalam proses pembangunan bangsa,” imbuhnya.

Dengan semakin mengeksplorasi dan menguasai isu-isu mengenai stunting, maka karya-karya jurnalistik yang dihasilkan diharapkan akan lebih berdampak bagi masyarakat. “Kami percaya bahwa media massa memiliki peran yang krusial dalam upaya penurunan angka stunting dan dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia di Indonesia,” ujar dia.

Media massa memiliki kemampuan untuk menjangkau dan memengaruhi masyarakat luas dengan informasi, pendidikan, dan kesadaran tentang masalah stunting, serta mengilhami tindakan positif.

“Dengan kekuatan penyebaran informasi dan fungsi yang dimilikinya, media massa menjadi mitra strategis dalam menggalang dukungan publik, memotivasi perubahan perilaku, dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai langkah-langkah yang perlu diambil dalam upaya menurunkan stunting,” kata Patrick Hutajulu. (*/gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *