Jalan Sabuk Merah Meretas Keterisolisian 32 Desa di Perbatasan RI-Timor Leste

  • Whatsapp
Jalan Sabuk Merah/Foto: Lintasntt.com

Atambua – Sebanyak 32 desa yang berada di sepanjang perbatasan RI-Timor Leste saling terkoneksi menyusul selesai dibangunnya Jalan Sabuk Merah sepanjang 179 kilometer.

Akses dari Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur ke desa-desa tersebut maupun sebaliknya, kini sudah lancar. Desa-desa yang dibuka isolasinya terdiri dari 27 desa dan enam kecamatan di Belu, dan lima desa dan dua kecamatan di Malaka.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.5 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT, Zulkifli Arif menyebutkan ada 40 jembatan dibangun sepanjang jalur tersebut.

Zulkifli menyebutkan jalan sabuk Merah sektor timur tersebut dibangun sejak 2015 menelan anggaran sebesar Rp1,6 triliun. “Sejatinya sudah terkoneksi pada akhir 2022, yang tersisa adalah perlunya penanganan titik-titik longsor yang disebabkan faktor alam atau bencana yang terus terjadi hingga Maret 2023,” kata Zulkfli Arif kepada wartawan di Atambua, Senin (5/6).

Kendati sudah selesai dibangun, kerusakan jalan masih terlihat di sejumlah titik yang kebanyakan disebabkan oleh longsor akibat hujan lebat sejak Januari hingga Maret 2023, seperti terlihat di Desa Sarabau, Kecamatan Tasifeto Timur.

Di desa tersebut, ruas jalan sabuk merah terlihat ambles dengan kedalaman bervariasi mulai dari 5-10 centimer, sedangkan di sisi jalan terjadi lonngsor. Kondisi tersebut mengakibatkan arus lalu lintas antardesa terganggu

Di titik jalan ambles tersebut, petugas telah menempatkan papan bertuliskan ‘Hati-hati Ada Longsor” untuk mengingatkan pengendara kendaraan bermotor berhati-hati saat melintas. Pantauan di beberapa titik lainnya, longsor mengakibatkan badan jalan nyaris putus, namun sudah ditangani oleh petugas.

Dibangun berkelok-kelok di atas punggung bukit dan menurun ke lembah, membuat ruas jalan terlihat indah. Tidak itu saja, BPJN juga membangun tembok penahan di sisi jalan untuk menjamin keamanan warga yang melintas.

Sejumlah warga yang ditemui menyebutkan, sebelum jalan dibangun, warga mengalami kesulitan untuk datang ke kota. Satu-satunya alat transportasi sebelum jalan dibangun adalah mengunakan kuda. “Tetapi sekarang sudah bagus, jalan mulus dan hanya butuh waktu sekitar dua jam ke kota naik sepeda motor,” tutur Yoseph Pauki, warga Desa Maudemu, Kecamatan Lamaknen.

Tidak hanya memperlancar arus lalu lintas, Yoseph mengatakan selesainya pembangunan jalan sabuk merah memperlancar akses masyarakat ke pasar seperti pisang, kacang hijauu dan kacang tanah yang merupakan sumber pendapatan warga setempat. (*)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *