Suara Aneh dari Kegelapan Taman Nostalgia

  • Whatsapp
Suasana Taman Nostalgia di Malam Hari/Foto: Tari Rahmaniar Ismail

Kupang – Patricia baru saja memesan dua porsi salome, pentol bakso yang biasa dinikmati bersama saus atau kuah. Saban malam, jajanan favorit itu memang dijual di kawasan Taman Nostalgia, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bahkan, pedagang salome di sana kerap berjualan sampai larut malam.

Setelah itu, kami beranjak ke bagian lain di dalam taman yang biasa dimanfaatkan pengunjung untuk duduk. Waktu menunjukkan pukul 20.00 Wita. Setengah jam menikmati salome di tengah hawa dingin Taman Nostalgia, kami terganggu karena terdengar suara seperti orang bercakap-cakap dari arah kegelapan. Ada juga suara pria dan wanita berbisik-bisik lalu kembali sepi.

Read More

Khawatir terjadi aksi kejahatan karena suasana taman yang gelap gulita, saya dan Patricia bergegas pulang. Tetapi dalam perjalanan menuju tempat parkir, barulah pemilik suara itu terungkap. Karena gelap, kami menyalakan lampu handphone untuk penerangan, tidak sengaja lampu mengenai sepasang remaja saling merangkul, mereka duduk tidak terlalu jauh dari tempat kami tadi.

Setelah bertanya kepada seorang tukang parkir tentang suara-suara itu, ia tertawa. Ternyata suasana seperti itu kerap ditemukan di taman yang menjadi ikon Kota Kupang ini.

“Banyak pengunjung taman ini datang pukul 22.00 Wita dan pulang pukul 24.00 Wita,” kata tukang parkir tanpa menyebut identitasnya. Itu sebabnya, ia setia berada di sana sampai larut malam untuk menarik ongkos parkir kendaraan sebesar Rp2.000 per sepeda motor.

Karena masih penasaran, esoknya kami mampir lagi ke sana. Taman ini diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Februari 2011. Memiliki luas enam hektare dan di tengah taman ada Monumen Gong Perdamaian Nusantara.

Tetapi gong perdamaian yang merupakan simbol kerukunan umat beragama, etnis dan suku-suku di Nusa Tenggara Timur itu tidak terawat dengan baik. Ada juga jogging track, tempat bermain anak, lapangan voli, pusat kuliner, dan prasasti pers. Tetapi itu dulu. Prasasti pers sejak lama digondol maling dan pusat kuliner juga hengkang.

Patricia berkisah tentang kondisi taman saat dibangun 10 tahun lalu. Terang-benderang di malam hari, terawat dan tertata rapi, tetapi sekarang rumput liar tumbuh subur di mana-mana, sampah bekas makanan ringan dan botel air mineral berserakan di situ.

Dan yang membuat miris setiap malam, taman itu gelap gulita. Usut punya usut, lebih dari 50 lampu taman hilang. Ada yang rusak tetapi kebanyakan dicuri bersama kabel. Kondisi taman yang gelap di malam hari memberikan kesempatan kepada orang-orang melakukan aksi kejahatan. Meteran listrik milik PLN yang ditempatkan di ruangan terbuka di bawah gong perdamaian pun tak luput dari tangan-tangan jahil. Meteran itu terlhat dalam keadaan terbuka.

Sebuah pos yang ditempati penjaga dari Satpol PP Kota Kupang dibangun di bagian belakang gong, tidak berpenghuni. Dahan pohon dan bunga yang tumbuh menjulur hampir menutupi jalanan setapak, memperkuat fakta bahwa pos itu sudah lama ditinggalkan. “Harusnya yang berjaga-jaga di situ satpol PP tetapi pos itu tidak difungsikan lagi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang, Orson Nawa.

Sebagai orang yang bertugas menjaga kebersihan Kota, Orson bersama tim pasukan kuningnya pernah sama-sama membersihkan sampah di Taman Nostalgia. Banyak sampah berserakan di sana. “Ada juga sampah kondom bekas. Tiap pagi anak-anak temukan, juga ditemukan di Taman Fontein, di situ saya pernah tangkap warga bawa kasur lipat,” kata Orson Nawa.

Perilaku sebagian warga seperti karena didukung oleh kondisi taman yang gelap gulita, dan juga tidak adanya pengawasan dari petugas. Tak jarang ada juga aksi premanisme di taman lainnya.

Untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan dan asusila di lokasi taman di hari-hari mendatang, pemerintah kota perlu menempatkan petugas pengamanan di sana. Lampu taman harus ditempatkan di tiang yang lebih tinggi dari dari saat ini agar tidak mudah dijangkau. Taman yang terang dan petugas yang berjaga-jaga membuat warga yang berwisata menjadi aman dan nyaman. (Tari Rahmaniar Ismail/Jurnalis Warga)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *