Palu – Situs Persecution.org dan suryakepri.com, melaporkan peristiwa pembakaran gereja dan pembunuhan sadis terhadap pendeta bersama keluarganya di Desa Lemba Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).
Peristiwa pembunuhan terjadi Jumat (27/11/2020), sekitar pukul 08.00 Wita oleh orang tak dikenal. Korban terdiri dari empat orang yakni Kapten (pendeta) Arnianto bersama istrinya bernama Mpapa, serta Letnan (pendeta muda) Abram Kako dan istrinya. Selain itu, enam rumah jemaat juga dibakar.
Gereja yang dibakar tersebut terletak di lokasi terpencil, semacam pos pelayanan atau cabang dari gereja induk Bala Keselamatan (Salvation Army). Sejumlah foto yang tersebar memperlibatkan tubuh dan kepala korban terpisah dan ada yang hangus terbakar.
“Dalam video yang dilihat oleh ICC, korban yang hangus ditarik dari tumpukan reruntuhan, dengan asap masih mengepul di latar belakang. Posisi tubuh yang lebih rendah menunjukkan penderitaan dan rasa sakit yang dialami oleh korban sebelum meninggal,” tulis Persecution.org.
“Lemban Tongoa terletak di dalam hutan dimana akses informasi dan transportasi terbatas. ICC akan terus menindaklanjuti untuk mempelajari lebih lanjut detail penyerangan tersebut.” Salvation Army memohon dukungan doa untuk keluarga para korban, untuk gereja, dan untuk perdamaian wilayah itu.
Waki Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hanura Sulteng, Pdt Frits A. Kandori membenarkan hal itu. “Gedung gereja Pos Pelayanan Lewonu Lemba Tongoa dibakar habis. Enam unit rumah jemaat dibakar, dan empat orang jemaat meninggal,” kata Frits Kandori seperti dikutip suryakepri.com dari Alkhairaat Online.
Frits Kandori menyampaikan belasungkawa kepada Keluarga Besar Gereja Bala Keselamatan, khususnya keluarga korban pembunuhan oleh OTK di Lembantongoa.
“Kami mengutuk keras semua tindakan kekerasan brutal sehingga menimbulkan korban jiwa. Kami sangat mengharapkan perhatian yang sungguh-sungguh dan serius dari pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Sulteng untuk bisa memberikan rasa aman dan damai bagi semua masyarakat,” kata Frits Kandori.
Sebagai umat Kristiani, kata dia, pihaknya meminta kepada Gubernur Sulteng, Longki Djanggola, untuk memberikan perhatian khusus mengenai hal ini, agar mereka bisa menyambut masa raya Natal dengan damai. (sumber: suryakepri.com, presecution.org)