Kupang–Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah X tengah mengerjakan dua paket pembangunan jalan sebagai langkah awal untuk menyambungkan koridor lintas utara Pulau Flores, Nusa Tengara Timur (NTT) yang sampai saat ini belum tersambung seluruhnya.
Dua paket jalan itu ialah Labuan-Bajo-Boleng-Terang-Kendidi sepanjang 24,50 kilometer (km) dan Jalan Akses Bandara Komodo sejauh 8,20 km.
Pembangunan dua paket jalan ini merupakan bagian dari pembangunan jalan sepanjang 330,2 km melintasi tiga kabupaten yakni Manggarai Barat, Manggarai, dan Nagekeo. “Ruas jalan ini dibangun karena ada kepentingan kawasan strategis pariwisata nasional,” kata Kepala BPJN Wilayah X Hadrianus Bambang N Widihaetono di Kupang, Rabu (21/6).
Menurutnya setelah dua paket jalan tersebut rampung, tersisa enam ruas jalan sepanjang 270,5 kilometer yang akan ditangani secara bertahap menyesuaikan dengan alokasi anggaran.
Enam ruas jalan ini dimulai dari Labuan Bajo dan berakhir di Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, yakni ruas Labuan Bajo-Boleg-Terang (44,5 km), Terang-Bari-Kedindi (77 km), Reo-Dampek-Pota (53 km), Pota-Waeklambu (40 km), Waeklambu-Riung-Mboras (20 km), dan Mboras-Riung-Danga (36 km).
Dari total ruas jalan tersebut, kondisi baik atau sedang sepanjang 146,40 kilometer atau 54,12%. Sisanya 124,10 km atau 45,66% dalam kondisi rusak parah dan belum dibuka.
Menurutnya lintas utara Flores masih memanjang ratusan kilometer yakni dari Riung-Kaburea di Kabupaten Nagekeo, ruas Kabuera-Kota Baru di Kabupaten Ende, dan ruas Kota Baru-Magepanda di Kabupaten Sikka.
Bambang mengatakan pembangunan trans utara Flores yang menghubungkan Kabupaten Manggarai Barat-Manggarai juga bertujuan memperlancar pengiriman logistik dan bahan bakar minyak (BBM) dari Depo Pertamina di Kecamatan Reo, wilayah di pantai utara Kabupaten Manggarai ke Labuan Bajo.
“Jika jalan ini sudah terhubung, pengiriman bahan bakar minyak termasuk avtur menjadi cepat karena kendaraan tidak perlu memutar lagi ke Ruteng baru melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo,” ujarnya.
Menurutnya pembukaan koridor utara Flores butuh anggaran besar, namun jalur tersebut harus dibuka untuk memperlancar akses transportasi dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Hitungan kita anggaran untuk pengembangan Nagekeo saja mencapai Rp200 miliar,” kata Bambang yang didampingi
Kepala Seksi Pembangunan Preservasi Ferdi Kanalo dan Kepala Seksi Perencanaan dan Pemantauan Ridolf Adam.
Bambang mengatakan persoalan menganggu pembukaan ruas utara Flores ialah ruas jalan tersebut masih berstatus jalan provinsi. “Sempat mau diberi status jalan strategis nasional sehingga didanai oleh APBN,” ujarnya.
BPJN Wilayah X kemudian diberi tanggungjawab mengerjakan ruas jalan nasional sepanjang 400 kilometer, dengan sendirinya saat ini BPJN tidak mengerjakan lagi jalan strategis nasional yang semula ditargetkan 1.000 kilometer tersebut.
Untuk ruas jalan nasional, BPJN Wiliyah X membangun ruas jalan di perbatasan Indonesia-Timor Leste termasuk di dalamnya ruas jalan Poros Tengah di wilayah Kabupaten Kupang. “Karena itu, jika ruas jalan ini dibangun BPJN Wilayah X butuh diskresi dari menteri atau dari Presiden,” ujarnya. (sumber: media indonesia/palce amalo)