Papua–Elesta Apriliana Wulansari, 22 tahun, adalah salah satu pilot yang selalu menjalani tugasnya menerbangi pesawat terbang di wilayah Papua. Sebagai wanita muda, rute tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Pilot dari maskapai Trigana Air ini mengakui, rintangan penerbangan di kawasan timur Indonesia berbeda dengan wilayah lainnya. Cuaca dan kondisi geografis lah yang membedakan hal tersebut.
“Track-nya berat, untuk dibandingkan Jakarta, Papua yang menjadi rute terbang aku memang daerah hazard (rintangan) nya tinggi. Karena kalau di sana perubahan cuaca cepat,” terangnya seperti diberitakan merdeka.com, Sabtu (9/4).
Belum lagi, kata dia, insfrastruktur penerbangan di kawasan timur Indonesia masih minim. Oleh karenanya, selain perlu hafal kondisi geografis maka setiap penerbang juga perlu berkomunikasi setiap waktu dengan pesawat lain untuk memastikan jalur yang dilewatinya aman, baik dari pesawat maupun keadaan cuaca.
“Setiap bandara belum ada navigasi yang lengkap. Kita komunikasi sesama pesawat. Tantangan di sana pilot harus hafal benar wilayah yang menjadi rute terbangnya. Misal terbang dari Jayapura, harus hafal gunung, ketinggiannya berapa, dan biasanya sudah kita koordinasikan dengan pesawat lain,” jelasnya.
Gadis berusia 22 tahun ini sempat berbagi pengalamannya selama bekerja sebagai pilot di kawasan Indonesia Timur. Ia mengaku pernah hampir mengalami suatu insiden fatal dengan pesawat lain karena faktor cuaca. Namun, karena kesigapan dan pengalaman yang dimilikinya, hal itu pun bisa dihindari.
“Saat itu cuacanya buruk, bener-bener enggak visual. Karena kita selalu komunikasi, jadi hal-hal seperti itu pada akhirnya bisa dihindari,” jelasnya gadis yang biasa mengendarai pesawat jenis ATR 42 dan 72 ini.
Wanita yang akan genap berusia 23 tahun pada 10 April ini mengimbau masyarakat tak perlu khawatir untuk menjalani penerbangan di Indonesia timur. Karena seluruh sistem keselamatan transportasi udara sudah diterapkan.
Terakhir, Elesta menceritakan bagaimana kesehariannya saat mulai maupun tengah mengudara di kawasan yang memiliki rintangan tinggi. Dirinya tak lepas untuk selalu berdoa saat memulai penerbangan ditambah dengan dzikir yang kerap dipanjatkannya ketika pesawat di udara.
“Kalau berdoa pasti ya, tapi aku juga suka kelilingin pesawat dahulu sebelum terbang. Terus cium-cium bagian depannya, disayang-sayang lah. Aku juga ada gelang yang berupa seperti tasbih, biasa aku gunakan untuk berdzikir menemani saat penerbangan. Insya Allah, semuanya aman,” pungkasnya. (merdeka.com)